Jakarta, Motoris – BYD dikabarkan tengah mencari tambahan lahan di kawasan industri (KI) Subang Smartpolitan, Subang, Jawa Barat. Padahal, raksasa mobil listrik (EV) Cina ini belum menuntaskan pembangunan pabrik di kawasan itu seluas 108 hektare (ha) berkapasitas 150 ribu unit setahun.
Hal itu mencuat dalam catatan Sucor Sekuritas kala bertandang ke Subang Smartpolitan milik PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
Sucor mencatat, marketing sales SSIa mencapai Rp 1,6 triliun pada semester I-2024, didorong penjualan lahan industri seluas 132,3 ha. Motor utama penjualan tentunya BYD yang membeli lahan seluas 108 ha untuk mendirikan pabrik yang ditargetkan beroperasi Januari 2026.
Sampai akhir 2024, SSIA menargetkan marketing sales mencapai Rp 2,2 triliun dari penjualan 184 ha. Saat ini, 90% permintaan lahan KI Subang datang dari perusahaan Cina, sebangsa dengan BYD.
Pada Agustus 2024, BYD menjual 2.940 unit mobil di Indonesia. Semuanya masih diimpor dalam bentuk utuh dari Cina.
Di tataran global, Reuters melaporkan, BYD menargetkan penjualan 4 juta unit tahun ini, mengutop riset Morgan Stanley, bank investasi global. Ini lebih tinggi 11% dari target awal.
Dengan penjualan sebesar itu, BYD akan menempel ketat Ford yang berada di posisi enam dunia dengan torehan penjualan 4,4 juta unit tahun 2023. Salah satu mesin pertumbuhan penjualan BYD tahun ini adalah kehadiran teknologi PHEV generasi terbaru bernama DM-I 5.0.
Teknologi itu dipercaya mendongkrak margin BYD, menurut prediksi analis Morgan Stanley, yang mengutip pernyataan eksekutif BYD dalam sebuah acara road show. Morgan Stanley menyebut backlog atau order yang belum dituntaskan untuk Qin L and Seal 06 DM-I kini melampaui kapasitas produksi.
“Tetapi, sejauh ini, BYD belum berniat menaikkan harga jual,” tulis Morgan Stanley.
Diketahui, BYD merilis generasi kelima teknologi PHEV DM-I 5.0 pada Mei 2024, yang bisa meningkatkan konsumsi bensin dan biaya produksi. Dengan teknologi itu, PHEV BYD mencatat konsumsi bensin 2,9 liter per 100 km.
Di Indonesia, BYD hanya menjual BEV, sesuai deal dengan pemerintah Indonesia. Kita tahu pemerintah sekarang memang punya ambisi besar di BEV ketimbang teknologi lain, entah itu hybrid atau PHEV. (gbr)
Discussion about this post