Jakarta, Motoris – Penjualan Wuling dan Hyundai ambruk masing-masing sebesar 44% dan 34% pada kuartal II-2024 menjadi masing-masing 3.061 unit dan 4.801 unit dibandingkan kuartal sebelumnya. Broker saham Macquarie menilai ini terjadi akibat masuknya pemain kendaraan listrik (EV) nomor satu dunia BYD ke pasar Indonesia.
Penurunan penjualan dua pemain itu lebih tinggi dari total pasar yang hanya 10% secara kuartalan. Sejalan dengan itu, Macqurie mencatat, pangsa pasar Hyundai dan Wuling turun 50 basis points (bps) menjadi masing-masing 3% dan 2,1% per Juni 2024, dibandingkan akhir 2023. Volumenya masing-masing mencapai 12.044 unit dan 8.518 unit.
Di Indonesia, Wuling dan Hyundai adalah pemain utama mobil listrik baterai (BEV), karena merupakan pelopor. Mobil Hyundai buatan lokal seperti Ioniq5 mendapatkan segudang insentif, mulai dari PPN DTP ditanggung pemerintah hingga pembebasan dan atau pengurangan pajak daerah.
Kabar terbaru, Hyundai segera memproduksi Kona Electric di Cikarang Bekasi dengan menggunakan sel baterai dan battery pack buatan lokal. Kabarnya, harga mobil ini sekitar Rp 500 juta lebih.
Hal yang sama terjadi pada BEV Wuling, seperti Air EV, BinguoEV, hingga nanti Cloud EV. Ini lantaran TKDN BEV Hyundai dan Wuling sudah di atas 40%, sehingga layak mendapatkan insentif itu.
Diketahui, BYD Motor Indonesia sudah mengirim 1.000 unit pertama mobil ke konsumen Indonesia. BYD mengaku menerima permintaan yang melebihi ekspektasi.
BYD, tulis Macquarie, akan bergabung dengan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sehingga penjualannya masuk perhitungan. BYD berencana membangun pabrik di Subang, Jawa Barat, di atas lahan seluas 108 hektare (ha), berkapasitas 150 ribu unit per tahun, dan akan beroperasi Januari 2026. (gbr)
Discussion about this post