Jakarta, Motoris – Industri mobil Cina dihebohkan dengan pernyataan Komisaris Utama Great Wall Motor Wei Jianjun. Dia dengan tegas menyebut kondisi keuangan industri mobil Cina, termasuk BYD, memburuk dan bukan mustahil akan senasib dengan Evergrande, perusahaan properti besar lokal yang sudah bangkrut.
Hal ini memicu kemarahan besar dari prinsipal yang mengklaim keuangannya sehat, seperti BYD, perusahaan kendaraan listrik terbesar China. Dengan tegas, BYD menyebut keuangan perusahaan dan industri pada umumnya masih kuat.
Li Yunfei, general manager brand and public relations division BYD, menegaskan, muncul pernyataan rasio aset terhadap utang BYD sangat tinggi, mencapai 70%. Merespons ini, Li lantas membandingkan rasio itu dengan Ford yang mencapai 84%, General Motors 75^, Apple 80%, dan Boeing 102%. Adapun rasio serupa pemain lokal, seperti Geely mencapai 68%, sedangkan Seres 76%.
Sejumlah pihak juga mengkhawatirkan utang BYD yang mencapai 580 miliar yuan alias Rp 1.300 triliun. Li langsung membalas jumlah ini lebih rendah dari Toyota yang mencapai 2,7 triliun yuan, VW 3,4 triliun yuan, dan Ford 1,7 triliun yuan. Adapun utang pemain Cina lainnya, seperti SAIC mencapai 610 miliar yuan dan Geely 504 miliar yuan.
Li menyebut biaya bunga BYD mencapai 28,6 miliar yuan, lebih rendah dari pesaing, seperti Geely 86 miliar yuan, SAIC 94,5 miliar yuan, Toyota 1,8 triliun yuan, Ford 1,1 triliun yuan, dan VW 1 triliun yuan.
“Ini menunjukkan keuangan BYD lebih sehat, demikian pula dengan pemain otomotif Cina lainnya,” kata Li, dikutip dari carnewschina.com, Minggu (1/6/2025).
Dia melantas menyebut piutang BYD cukup besar, mencapai 244 miliar yuan, dibandingkan SAIC 241 miliar yuan dan Geely 182 miliar yuan.
Li menyatakan, pendapatan BYD tahun 2024 mencapai 777 miliar yuan, laba bersih 40,3 miliar yuan, dan belanja riset dan pengembangan 54,2 miliar yuan. Perusahaan bayar pajak 51 miliar yuan dan memiliki kas 154 miliar.
“Ini adalah performa keuangan BYD terbaik dalam 30 tahun. Kami telah meraih pertumbuhan pesat di saat yang lain stagnan, berkat bisnis NEV,” kata dia. (gbr)