Jakarta, Motoris – Prospek bisnis PT Astra Otoparts Tbk (AOP/AUTO) masih menjanjikan, kendati pemerintah berencana menggeber produksi mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV). Artinya, perusahaan komponen otomotif milik Grup Astra belum tentu boncos saat penjualan BEV melambung, seperti yang diharapkan pemerintah.
Alasannya, komponen yang paling banyak dipangkas di BEV ketimbang mobil pembakaran internal (ICE) ada di sektor mesin. Biasanya, mesin mobil digarap langsung pabrikan, bukan pemasok komponen seperti AOP.
“Astra Otoparts kebanyakan memproduksi bagian bodi kendaraan, lalu setir, lampu depan-belakang, rem cakram, dan aki, yang masih dibutuhkan di BEV,” tulis RHB Sekuritas setelah berbincang dengan manajemen AOP dalam laporan riset, belum lama ini.
Meski penjualan BEV atau lebih luasnya lagi kendaraan elektrifikasi (xEV) masih rendah, AOP siap mengkapitalisasi kemampuan yang dimiliki untuk memproduksi suku cadang kendaraan jenis ini. Adapun tantangan utama dalam memproduksi suku cadang mobil listrik adalah skala ekonomi.
Berdasarkan Permenperin 6 Tahun 2022, penjualan BEV roda empat ditargetkan mencapai 400 ribu unit tahun 2025, lalu 600 ribu unit tahun 2023, dan 1 juta unit tahun 2030. Sampai saat ini, Indonesia hanya punya satu roadmap resmi otomotif, yakni terkait BEV. Adapun pengembangan mobil di luar BEV tak jelas, karena tidak memiliki peta jalan resmi.
Di sisi lain, tahun lalu, AOP mencetak kinerja keuangan jos, dengan pendapatan Rp 18,5 triliun, naik dari Rp 15,1 triliun, sedangkan laba bersih melompat menjadi Rp 1,3 triliun dari Rp 611 miliar. RHB mempertahankan rekomendasi buy saham AUTO dengan target harga Rp 2.200. (gbr)
Discussion about this post