Jakarta, Motoris – Penjualan mobil secara wholesales (WS) ambruk 7% menjadi 93.197 unit di Oktober 2022, dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 99.816 unit, pertama sejak Juni tahun ini. Apakah ini pertanda pasar mobil mulai terimbas resesi global?
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy Suwandy menilai, WS sebanyak 93 ribu unit Oktober lalu masih cukup baik dan di atas prediksi. Sejauh ini, belum ada sentimen khusus yang menekan pasar mobil domestic.
“WS ini kan faktor produksi/pasokan dari distributor ke dealer aja. Itu artinya, kita harus melihat kondisi November dan Desember 2022, yang mudah-mudahan bisa bertahan di level tinggi,” kata Anton, Senin (14/11/2022).
Anton menilai, kinerja pasar mobil masih di atas tahun lalu. Hingga tutup tahun 2022, penjualan mobil bisa melampaui prediksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berkisar 950-960 ribu unit, dibandingkan realisasi 2021 sebanyak 887 ribu unit.
Per Oktober 2022, penjualan mobil naik 21% menjadi 851 ribu unit, dibandingkan periode sama tahun lalu 703 ribu unit. Penjualan mobil, salah satu indikator daya beli masyarakat, terkerek oleh perbaikan kondisi ekonomi makro nasional sekaligus pelonggaran mobilitas.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi rambatan gejolak ekonomi global mulai terasa ke ekonomi nasional kuartal IV tahun ini. Seiring dengan itu, pertumbuhan ekonomi kuartal IV bakal mengalami moderasi, dibandingkan kuartal III sebesar 5,72%.
Sejumlah broker saham memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 berkisar 4-5%. Sampai akhir tahun, pertumbuhan ekonomi nasional masih bisa bertahan di atas 5%. Dalam APBN 2022, pertumbuhan ekonomi tahun ini dipatok 5,2%, sedangkan tahun depan, merujuk APBN 2023, dibidik 5,3%.
Pasar mobil bakal menghadapi tantangan berat dari rentetan kenaikan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang dalam tiga bulan terakhir mencapai 150 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Sejumlah kalangan memprediksi BI menaikkan lagi suku bunga acuan untuk mengimbangi agresivitas bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mengerek Federal Funds Rate (FFR) yang kini berkisar 3,75-4% dan menjaga martabat rupiah.
Kenaikan suku bunga acuan akan mengerek bunga kredit kendaraan bermotor (KKB). Ini sangat krusial, mengingat mayoritas pembelian mobil di Indonesia menggunakan skema kredit dari perbankan dan perusahaan pembiayaan. (gbr)
Discussion about this post