Jakarta, Motoris – Ford ikut menikmati nikel Indonesia bersama Huayou asal Cina dan PT Vale Indonesia Tbk (Vale), anak usaha Vale, perusahaan pertambangan terbesar dunia yang bermarkas di Brasil. Ketiga perusahaan itu berkongsi membangun pabrik mixed hydroxide precipitate (MHP), produk olahan nikel yang menjadi bahan baku utama baterai mobil listrik.
Ketiga pihak telah meneken nota kesepahaman untuk menggarap pengolahan bijih nikel limonit menjadi MHP dengan teknologi HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tengah, berkapasitas 120 ribu ton setahun. Perseroan tengah memfinalisasi studi kelayakanan untuk meningkatkan kapasitas tambang guna menopang proyek tersebut.
“Vale juga menargetkan mengamankan perjanjian definitif proyek ini Oktober 2022. Adapun penampangan bijih nikel dimulai tahun depan untuk memasok bahan baku ke pabrik MHP,” tulis BRI Danareksa Sekuritas dalam laporan riset, belum lama ini.
Selain proyek HPAL di Pomalaa, Vale membangun smelter HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan, juga bersama Huayou. Smelter ini akan mengolah nikel limonit menjadi MHP berkapasitas 60 ribu ton per tahun.
Dalam rantai pasok baterai EV, nikel limonit diolah menjadi MHP, yang terdiri atas kobalt dan nikel. Kemudian, MHP diolah lagi menjadi kobalt sulfat dan nikel sulfat, lalu dicampur dengan lithium untuk membuat kutub positif alias katoda. Sementara itu, kutub negatif dibuat dari mineral grafit. Langkah berikutnya adalah menggabungkan anoda, katoda, dan elektrolit menjadi sel baterai.
Sel baterai dibungkus modul, lalu ditaruh di battery pack. Terakhir, battery pack ditancapkan di mobil listrik murni alias battery electric vehicle (BEV).
Berdasarkan data USGS pada Januari 2020 dan Badan Geologi 2019, mengutip dari Booklet Nikel yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020, jumlah cadangan nikel RI tercatat mencapai 72 juta ton nikel (termasuk nikel limonite/ kadar rendah). Jumlah ini mencapai 52% dari total cadangan nikel dunia sebesar 139.419.000 ton nikel. (gbr)
Discussion about this post