Jakarta, Motoris – Mobil subsidi BYD laku keras di Indonesia, sedangkan merek Jepang yang cuma dapat subsidi sedikit, khusus jenis tertentu hancur. Ya begitulah fakta penjualan mobil sepanjang Maret 2025.
Maret 2025, BYD mencatatkan penjualan sebanyak 3.205 unit, naik 129% secara bulanan, menandai level tertinggi sejak masuk Indonesia dan melampaui penjualan Hyundai. Seiring dengan itu, pangsa pasar BYD naik signifikan ke level 4,5% pada Maret 2025 vs bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diolah Stockbit, Rabu (16/4/2025), per Maret 2025, penjualan BYD mencapai 5.718 unit, di atas dua merek Cina lain, Wuling dan Cheru masing-masing 4.795 unit dan 4.399 unit.
Sementara itu, penjualan merek-merek Jepang secara bulanan terpukul keras. Contohnya, penjualan Mitsubishi turun 34,4% menjadi 5.769 unit, Honda 28% menjadi 6.303 unit, Suzuki 6,5% menjadi 4.442 unit.
Adapun penjualan Toyota turun 7,9% secara bulanan menjadi 22.476 unit, diikuti anaknya Daihatsu yang tumbuh 9,2% menjadi 13.057 unit. Per Maret 2025, penjualan Toyota naik 5% menjadi 68.955 unit, tertinggi di Indonesia.
Kita tahu, Jepang tidak mendapatkan subsidi mobil listrik baterai (BEV), karena belum merakit, bahkan berencana memproduksi mobil ini di Indonesia. Jepang hanya bermain hybrid, yang cuma dapat insentif PPnBM 3% berlaku untuk barang rakitan lokal.
Sebagai perbandingan, BYD dihujani insentif, sehingga cukup bayar PPN 2%, sedangkan tetek bengek lainnya 0%. Tanpa insentif ini, harga mobil BYD sebenarnya mepet, bahkan bisa lebih mahal dari Jepang jenis ICE dan HEV. Merek ini lagi bangun pabrik di Subang, Jawa Barat.
Di sisi lain, total penjualan mobil mencapai 70.909 unit pada Maret 2025, turun 1,9% secara bulanan dan 5,1% secara tahunan. Akumulasi penjualan mobil mencapai 205.136 unit, turun 4,7%.
“Realisasi penjualan wholesales mobil sudah sesuai target Gaikindo lantaran mencapai 23-27% dari estimasi tahun ini 750-900 ribu unit,” tulis Stockbit. (gbr)