Jakarta, Motoris – Penjualan Baterai LFP alias lithium ferro phosphate laku keras di Cina, pasar BEV terbesar di dunia. Ini membuat nasib nikel kelas 1, salah satu bahan baku baterai lithium ion, makin tak menentu.
Berdasarkan laporan cnevpost.com, Senin (15/7/2024), di Cina, penjualan baterai LFP mencapai 31,7 Gwh pada Juni 2024, naik 39% secara tahunan dan 7,4% secara bulanan, sedangkan penjualan baterai lithium ion hanya 11,1 Gwh, naik 10,2% secara tahunan dan 7,4% secara bulanan, dengan kontribusi 25,9%.
Dengan demikian, total penjualan atau pemasangan baterai kendaraan listrik (EV) mencapai 42,8 GWh, naik 30,2% secara tahunan dan 7,3% secara bulanan, berdasarkan data China Automotive Battery Innovation Alliance (CABIA).
CATL masih merajai pasar baterai Cina dengan pemasangan 19,05 GWh pada Juni lalu, dengan pangsa pasar 45%, naik 1,19% dari Mei sebesar 43,87%. BYD berada di peringkat kedua sebanyak 10,7 GWh, pangsa pasar 225,32%, turun 3,65% dari Mei sebesar 28,97%.
Kemudian, CALB memasang 3,10 GWh baterai pada Juni lalu, dengan pangsa pasar 7,32%, diikuti Eve Energy sebanyak 1,69 GWh, pangsa pasar 3,99%.
Di baterai lithium ion, CATL, CALB, dan Svolt Energy menjadi raja dengan pangsa pasar 67,69%, 8,88%, dan 5,42%. Adapun di baterai LFP, CATL, BYD, dan CALB adalah penguasa dengan pangsa pasar 37,55%, 33,66%, dan 6,81%.
“Di LFP, CATL kembali mengalahkan BYD pada Juni, mengulang kejadian pada Januari dan Februari, sebelum BYD berada di posisi puncak pada Maret hingga Mei lalu,” tulis media itu.
Sebelumnya, bank investasi asal Australia Macquarie menilai performa gemilang baterai LFP menjadi risiko industri dan saham nikel di Indonesia. Sebab, baterai LFP tidak membutuhkan nikel di katodanya, tidak seperti lithium ion, di mana nikel berperan vital.
Kita tahu, hampir semua pemain mobil listrik Cina yang masuk Indonesia memakai baterai LFP, seperti Neta, BYD, GAC, hingga Aion. Hanya Hyundai yang memakai lithium ion dan sudah membangun pabrik sel baterai dan battery pack jenis ini di Indonesia.
Di sisi lain, Indonesia adalah penghasil nikel terbesar di dunia. Kini, Indonesia berkat kemitraan dengan perusahaan-perusahaan Cina sudah memproduksi nikel kelas 1 yang digunakan sebagai bahan baku baterai EV jenis lithium ion. (gbr)
Discussion about this post