Jakarta, Motoris – Gawat, proyek adopsi 100% mobil listrik baterai (BEV) dunia terancam bubar jalan, lantaran faktanya penjualan mobil hybrid laku keras. Kini, pabrikan mobil yang tadinya mau fokus jual 100% BEV malah sibuk berdagang mobil hybrid.
Berdasarkan laporan Reuters, belum lama ini, penjualan mobil hybrid di Amerika Serikat (AS), pasar BEV nomor dua dunia, terbang, sedangkan EV, terdiri atas PHEV dan BEV melempem.
Sejalan dengan itu, pabarikan mobil dan pemasok menambah kapasitas untuk mobil hybrid, meliputi HEV dan PHEV di AS. Ini bertolak belakang dengan rencana raksasa AS, GM dan pabrikan lainnya yang berencana membunuh semua mobil yang memakai bensin dan beralih ke 100% BEV.
Februari 2024, penjualan mobil hybrid naik lima kali dibandingkan EV, merukuk data bank investasi kondang Morgan Stanlet. Sebagai ilustrasi, tahun lalu, 50% penjualan Jeep Wrangler merupakan varian PHEV, naik dari semester I yang hanya 37%.
Penjualan mobil hybrid Ford juga meroket 37% per Februari 2024. Ini didorong oleh truk Maverick hybrid.
“Mobil terpanas di AS saat ini adalah Maverick hybrid,” ujar Scott Simmers, general manager Palm Springs Motors di California, AS, dilansir Reuters.
Sontak, Jim Baumbick, VP Ford menegaskan pihaknya akan menambah kapasitas produksi Maverick Hybrid. Pemain besar ini kini memberlakukan tiga shift pabrik untuk meladeni permintaan Maverick hybrid.
Tentunya, pergseran industri dari BEV ke hybrid merupakan tantangan besar bagi pemerintahan Joe Biden yang pro-lingkungan sekaligus para aktivis. Intinya, mereka mau prinsipal mobil membunuh semua kendaraan bermesin pembakaran internal (IVE) secepat mungkin.
Gedung Putihi pada bulan ini diprediksi merilis ketentuan standar emisi karbon dioksida mobil yang memaksa para pabrikan menggenjot penjualan BEV. Targetnya, pada 2030, 60% mobil baru yang dijual harus BEV.
Pertanyaannya, mungkinkah itu terjadi? Sebab, bisa saja ini tak terjadi, mengingat pasarlah yang menggerakkan permintaan, bukan pemerintah. Jadi inget pesan Toyota kalau begini.
Ya, kita tunggu saja ceritanya nanti. Yang pasti, di Indonesia, penjualan mobil hybrid juga lebih lebih besar dari BEV. Padahal, harga hybrid mahal dibandingkan beberapa BEV yang kini murah akibat diguyur insentif. (gbr)
Discussion about this post