Jakarta, Motoris – PT Aneka Tambang Tbk (Antam/ANTM) hanya dikasih saham 30% di perusahaan patungan (joint venture/JV) dengan CATL dan Lygend yang akan membangun pabrik bahan baku baterai EV berteknologi high pressure acid leach (HPAL). Namun, Antam menjadi mayoritas di perusahaan pertambangan nikel yang memasok bijih nikel ke pabrik HPAL.
Demikian intisari transaksi strategis Antam dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL) melalui anak usahanya Hong Kong CBL Limited (HKCBL), dikutip dari keterbukaan informasi Antam kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (29/12/2023). CBL adalah perusahaan patungan Lygend dan Ningbo Brundp Contemporary Amperex (Brunp), anak usaha pemain baterai EV terbesar dunia CATL.
Adapun Lygend adalah salah pemain utama industri pengolahan nikel Cina selain Huayou. Lygend saat ini menjadi mitra strategis PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel di proyek HPAL yang sudah berjalan.
Ada dua transaksi penting perjanjian itu. Pertama, Antam melepas 49% saham PT Sumberdayya Arindo (SDA) ke HKCBL senilai US$ 416 juta. Transaksi ini sudah dituntaskan pada 28 Desember 2023. Selepas transaksi ini, Antam memegang 51% saham SDA dan HKCBL 41%.
Kedua, Antam melepas 10% saham PT Feni Haltim (FHT) kepada HKCBL senilai Rp 122 miliar dan anak usaha Antam, PT International Mineral Capital (IMC), menjual 50% saham FHT ke HKCBL senilai Rp 614 miliar. Dengan demikian, HKBL memegang 60% saham FHT dan sisanya Antam.
Setelah dua transaksi itu, Antam dan HKCBL akan membentuk JV untuk proyek HPAL. Antam akan memegang 30% saham, sedangkan mayoritas dipegang HKCBL.
Kemudian, ada transaksi pembentukan JV baterai EV yang melibatkan Indonesia Battery Corporation (IBC), Perusahaan terafiliasi Antam. Pertama, JV material baterai, di mana IBC memegang 30% saham, sedangkan HKCBL 70%. Lalu, JV proyek sel baterai dengan komposisi saham IBC 30% dan CBL International Development Pte Ltd (SGCBL) 70% dan JV proyek daur ulang baterai dengan komposisi saham IBC 40% dan HKCBL 60%. (gbr)
Discussion about this post