Jakarta, Motoris – Indonesia harus bertarung dengan dua negara industri di Asean, yakni Thailand dan Vietnam, demi mewujudkan mimpi menjadi raja mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) di kawasan ini tahun 2030.
Selain itu, sambil membangun industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dengan menggaet beberapa nama besar seperti, LG Energy Solution dan CATL, Indonesia harus menyiapkan pasar produk manufaktur ini. Tujuannya agar Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi dan menjadikan salah satu produsen baterai penting di pasar global.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif Indonesia tengah bertransformasi menuju era industri yang mengusung semangat dekarbonisasi, elektrifikasi dan mewujudkan target menjadi raja mobil listrik Asean tahun 2030.
Tak hanya melalui kehadiran kendaraan elektifikasi sebagai produk kendaraan ramah lingkungan yang dihasilkan, industri otomotif nasional diharapkan mampu mengimplementasikan semangat dekarbonasi pada proses produksi, serta berperan serta dalam pengembangan ekosistem elektrifikasi sebagai infrastruktur untuk mengakselerasi populasi elektrifikasi di Indonesia.
Namun, Indonesia memiliki tantangan besar untuk menjadi yang terdepan dalam elektrifikasi otomotif di kawasan Asean, karena perlu bersaing dengan Thailand dan Vietnam. Karena itu, Indonesia harus memanfaatkan sejumlah potensi besar otomotif di era elektrifikasi dari hulu sampai hilir secara seksama dalam sebuah strategi kebijakan dan pengembangan industri otomotif terintegrasi yang memungkinkan percepatan semua teknologi elektrifikasi.
Di hulu, Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam, baik untuk pengembangan baterai maupun untuk bauran energi. Indonesia juga memiliki kapasitas industri otomotif yang besar. Di hilir, pasar otomotif Indonesia lebih besar di banding negara-negara lain di Asean.
“Kepentingan seluruh shareholder dan stakeholder, mulai dari tingkat pemerintah, akademisi, industri, hingga pasar harus dilibatkan,” ujar Bob Azam, direktur hubungan eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Selasa (7/3/2023).
Bob melanjutkan, kolaborasi tersebut akan mendorong terciptanya strategi yang komprehensif guna mengakomodasi beragamnya kebutuhan kendaraan elektrifikasi maupun kendaraan ramah lingkungan lainnya dengan tetap memperhatikan tujuan dekarbonisasi dan tetap memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan memiliki potensi cadangan nikel terbesar di dunia, dia menerangkan, Indonesia berpotensi menjadi produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel, seperti baterai kendaraan elektrifikasi. Artinya, Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk mengembangkan industri baterai yang notabene menjadi salah satu ekosistem utama dari industri elektrifikasi.
Selain itu, demikian Bob, pengembangan industri baterai elektrifikasi akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan bagi industri turunan yang menggunakan bahan baku baterai. Penguasaan pengembangan baterai merupakan salah satu komponen penting dalam penciptaan posisi Indonesia sebagai yang terdepan di era elektrifikasi.
Pengembangan industri baterai, kata dia, membutuhkan penciptaan pasar untuk baterai tersebut sehingga dapat menarik lebih banyak investasi dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen baterai penting di pasar global.
Toyota, kata dia, berkomitmen mendukung penciptaan pasar baterai ini melalui pendekatan multipathway strategy. Dengan pendekatan ini, Toyota memperkenalkan dan menyediakan beragam teknologi kendaraan elektrifikasi yang menggunakan baterai bagi konsumen di Indonesia, dari hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), hingga fuel cell electric vehicle (FCEV).
“Harapannya, dengan semakin banyak kendaraan elektrifikasi yang tersedia dan menarik minat konsumen, akselerasi permintaan akan baterai produksi Indonesia akan semakin besar,” kata dia.
Seminar Nasional
Tentunya, kata dia, strategi industri baterai, industri manufaktur otomotif, dan pengembangan pasar yang terintegrasi merupakan tantangan bersama bagi pemerintah, industri terkait, dan akademia. Sebagai bagian dari industri otomotif nasional. Toyota Indonesia sebagai salah satu pelaku industri berkomitmen untuk senantiasa bersinergi bersama pemerintah dan akademisi melalui kolaborasi triple helix (pemerintah, akademisi, dan industri) dalam menyelaraskan pemahaman agar transformasi industri otomotif di era elektrifikasi pada umumnya dan industri baterai pada khususnya dapat berjalan mulus.
Seiring dengan itu, digelar seminar 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia, Mewujudkan Indonesia Net-Zero Emission (NZE) yang berlangsung di Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (7/3/2023). Kali ini, seminar itu mengusung tema “Percepatan Pengembangan Industri dan Ekosistem Baterai di Indonesia Menuju Populasi Elektrifikasi”. Seminar ini ingin menyampaikan pesan pentingnya pengembangan industri dan ekosistem baterai dalam upaya mengakselerasi populasi mobil elektrifikasi (xEV) di Indonesia.
Dalam seri kelima seminar nasional ini hadir para pembicara dari pihak pemerintah, akademisi dan industri, yaitu Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sripeni Inten Cahyani, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN Nandi Julyanto, SVP Corporate Strategy & Business Development PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Adhietya Saputra, Rektor UNS Prof. Jamal Wiwoho, Managing Director Deloitte, serta akademisi Khoirunurrofik (LPEM-UI), serta Prof. Agus Purwanto dan Prof. Wahyudi Sutopo yang keduanya dari UNS Solo.
Dalam seminar ini dibahas mengenai perlunya strategi dan terobosan sebagai pemahaman yang sama guna mendukung upaya percepatan popularisasi pasar xEV, antara lain melalui pengembangan ekosistem industri baterai untuk baterai yang kompetitif, implementasi kebijakan insentif dari pemerintah yang tidak hanya terfokus ke BEV tetapi juga kepada PHEV dan HEV, serta pengembangan langkah-langkah non fiskal secara bertahap yang sejalan dengan insentif fiskal.
Pengembangan SDM
Di sisi lain, Bob menyatakan, Toyota Indonesia menyadari industri elektrifikasi membutuhkan ekosistem yang jauh berbeda dengan kendaraan konvensional. Tidak hanya dalam hal infastruktur pendukung, tapi juga dalam hal rantai pasok atau supply chain dan SDM sumber daya manusia (SDM).
Karena itu, dalam kesempatan seminar nasional ini, Toyota mendonasikan hybrid engine & tiga core component set (transaxle, baterai, & PCU) kepada UNS. Donasi ini diberikan oleh Bob Azam yang diterima langsung oleh Dekan Fakultas Teknik UNS.
Toyota Indonesia, kata Bob, memandang penting peningkatan keterampilan dan keahlian SDM untuk membangun ekosistem yang andal untuk pengembangan industri xEV ke depan, termasuk dalam pengembangan industri baterai. Pengembangan SDM merupakan salah satu pilar utama industri, termasuk dalam transformasi industri otomotif nasional menuju era netralitas karbon dan industri xEV.
“Kita harus bisa memastikan, SDM Indonesia mempunyai keterampilan dan keahlian yang mampu menghadapi era elektrifikasi, termasuk dalam pengembangan ekosistemnya,” kata Bob, yang turut menghadiri seminar tersebut.
Discussion about this post