Jakarta, Motoris – Penjualan mobil listrik (electric vehicle/EV) meledak dalam beberapa tahun terakhi, dengan potensi pertumbuhan 32% menjadi 14,3 juta unit tahun 2023. Negara yang diuntungkan tentu saja Cina selaku pasar EV, produsen baterai, sekaligus material baterai terbesar dunia.
Berdasarkan laporan CLSA, belum lama ini, penjualan EV global bakal menyentuh level tertinggi tahun ini, setara 14% dari total penjualan kendaraan ringan (light duty vehicle). Ini didukung insentif pemerintah sejumlah negara, yang membuat harga EV, terdiri atas plug in hybrid vehicle (PHEV) dan battery electric vehicle (BEV), makin terjangkau.
Namun, tulis CLSA, pertumbuhan penjualan EV melambat tahun depan, dibandingkan proyeksi tahun ini sebesar 65%, seiring buruknya ekonomi dunia, ketegangan geopolitik, dan pemangkasan subsidi di Cina, yang menyumbangkan 57% pasar EV dunia.
Meski melambat, tetap ada pertumbuhan penjualan EV. Pada titik ini, perusahaan-perusahaan Cina akan diuntungkan. CLSA menyebut CATL mempertahankan keunggulan di pasar baterai EV Cina. CATL juga sukses mengembangkan baterai lithium mangan besi fosfat (LMFP) akan mendongkrak pendapatan perusahaan ini ke depan.
Selanjutnya, perusahaan EV terbesar Cina, BYD, juga akan terus nyayur. Tahun 2023 dan 2024, BYD diprediksi mengantongi penjualan 2,2 juta unit dan 2,6 juta unit, ditopang kuatnya daya saing merek, efisiensi biaya, dan integrasi rantai pasok.
Di hulu, pemain lithium Cina, Gandeng, bakal terus meraup cuan besar dari bullish-nya pasar lithium dunia. Ini berkat pertumbuhan organik dan integrasi bisnis.
CLSA memprediksi permintaan lithium naik dua kali lipat pada 2025 dan empat kali lipat pada 2030, dibandingkan 2022. Penyebabnya adalah pengembangan tambang lithium minim dan hambatan dari regulasi. Itu sebabnya, sedikit saja ada disrupsi, entah itu dari geopolitik atay bencana alam, pasokan lithium dunia bakal terguncang.
Catatan Motoris, pemain bahan baku sel baterai EV Cina juga diuntungkan. Sebut saja CNGR, Huayou, dan Lygend. Ketiga perusahaan ini lagi agresif menggarap proyek miliaran dolar AS di Indonesia untuk memproduksi nikel dalam bentuk MHP atau nikel dan kobalt sulfat, bahan baku katoda sel baterai. (gbr)
Discussion about this post