Jakarta, Motoris – Penjualan mobil listrik (EV) hancur di Uni Eropa. Ini membuat Audi berencana tutup pabrik EV di Brussels, Belgia, sehingga memicu aksi demo besar-besaran.
Rencana Audi itu pararel dengan niat induknya Volkswagen (VW) yang berniat menutup pabrik di Jerman.
Berdasarkan laporan thepeninsulaqatar.com, Senin (16/9/2024), pabrik Audi di kota itu mempekerjakan sekitar 3.000 karyawan. Awalnya, kinerja pabrik itu baik-baik saja ketika memproduksi mobil ICE selama 70 tahun.
Petaka muncul ketika pabrik itu beralih memproduksi EV pada 2018. Nyatanya, penjualan EV di Eripa tak setinggi yang digembar-gemborkan, sehingga Audi babak belur. Selain itu, muncul tekanan dari EV Cina yang harganya lebih murah dari barang Eropa.
“Dalam beberapa pekan, saya akan jadi penganggutan tanpa uang dan harapan. Hidup kami bukan seperti lini produksi pabrik yang bisa ditutup begitu saja,” ujar seorang pekerja pabrik itu berusia 37 tahun yang tidak mau disebut namanya.
Unjuk rasa karyawan pabrik mobil di Belgia melibatkan sekitar 5.000 pekerja. Intinya, mereka meminta pemimpin UE untuk beritindak menyelematkan pekerja di sektor industri.
Sementara itu, Karim Chawki, 52, pekerja pabrik Audi menyatakan, keputusan memproduksi EV adalah bencana. “Audi mau berinovasi, tetapi terbentur dinding. Rencana itu gagal dan kami yang harus membayarnya,” kata dia.
Diketahui, Eropa memang berambisi menggenjot produkdi dan penjualan EV sebagai bagian dari transisi hijau. Bahkan, ada niat gila dari UE untuk menghentikan penjualan mobil ICE pada 2035.
Sayang, penjualan EV di kawasan itu malah jeblok. Juli lalu, penjualan EV turun 7%, seiring dihentikan subsidi dan melemahnya permintaan.
Penetrasi EV murah Cina membuat pasar kendaraan itu di Eropa mengalami saturasi. Dari sisi konsumen, mereka mulai kehilangan selera, karena harga mobil listrik mahal dan harga jual sekennya bisa turun dalam. (gbr)
Discussion about this post