Jakarta, Motoris – GM dan Hyundai kerja sama untuk memproduksi mobil bersama, baik itu mobil penumpang atau komersial berteknologi ICE, listrik, hingga hidrogen. Sejumlah media barat menyebut kolaborasi ini bertujuan lawan mobil Cina.
Berdasarkan laporan Carscoops, dikutip Kamis (13/9/2024), Hyundai dan GM telah meneken MoU sebagai awal mula kerja sama ini. Kedua raksasa otomotif itu akan mengeksplorasi peluang kolaborasi mobil, meningkatkan rantai pasok, dan teknologi energi hijau.
Tetapi, patut dicatat, MoU ini belum mengikat, kendati sudah diteken Hyundai Motor Group Executive Chair Euisun Chung and GM Chair and CEO Mary Barra. Langkah berikutnya bar uke tahap perjanjian mengikat yang diskusinya segera dilakukan, karena masalah yang dihadapi sudah sangat mendesak.
Kedua pabrikan itu juga berencana kolaborasi mendapatkan pasokan bahan baku baterai EV, baja, dan beberapa komponen lain demi tercipta skala ekonomi. Hal ini akan meningkatkan efisiensi dan daya saing kedua pabrikan global tersebyt.
Kerja sama itu akan mengurangi biaya R&D dan memangkas waktu pengembangan sebuah produk. Jika ini sukses, kedua pemain itu akan bisa menjual kendaraan dengan jangkauan lebih luas lebih cepat dari sebelumnya.
“GM dan Hyundai memiliki kekuatan dan tim yang akan saling melengkapi. Tujuan kami adalah melepas skala dan kreativitas kedua perusahaan untuk menghadirkan kendaraan yang kompetitif lebih cepat dan efisien ke para pelanggan,” ujar Mary Barra
Euisun Chung menuturkan, kemitraan ini akan membuat GM dan Hyundai meningkatan daya saing di pasar kunci serta segmen tertentu. Tentunya nilai yang diperoleh pelanggan akan bertambah karena kombinasi dan inovasi teknologi kedua korporasi kakap ini.
Kerja sama ini keluar setelah GM membatalkan deal US$ 5 miliar dengan Honda untuk memproduksi SUV listrik murah. GM akhirnya menemukan alternatif, yakni Hyundai, perusahaan mobil terbesar Korea Selatan sekaligus lima besar dunia.
Sekarang, para pabrikan memang bergabung untuk menurunkan biaya dan mencapai efisiensi. Awal 2024, Honda masuk sekutu Nissan dan Mitsubishi, sedangkan Toyota membentuk blok prinsipal bersama Subaru dan Mazda.
VW sudah membentuk grup, demikian pula Stellantis yang memegang 14 merek. Artinya, sulit bertarung sendiri di industri otomotif global sekarang ini.
Apalagi, merek Cina sudah memulai invasi ke pasar global, membuat para pemain lama kesulitan untuk tetap kompetitif. (gbr)
Discussion about this post