Jakarta, Motoris – Penjualan mobil bekas naik hampir tiga kali lipat menjadi 1,4 juta unit pada 2023, dari 2013 yang hanya 0,5 juta unit, seiring menurunnya daya beli konsumen dan lonjakan harga mobil baru. Itu artinya, penjualan mobil bekas tahun lalu di atas mobil baru yang hanya 1 juta unit.
Menurut Riyanto, ekonom LPEM UI, mobil bekas kini diburu oleh masyarakat Indonesia. Di Jawa, pada 2023, sekitar 64% pembelian mobil di Jawa merupakan mobil bekas. Adapun penjualan mobil baru di Jawa dan Bali turun 33% pada 2022 dibandingkan 2013.
Sementara itu, dia menjelaskan, di luar Jawa, pembelian mobil bekas juga mendominasi, mencapai 56% dari total pembelian kendaraan tahun lalu.
Dia menjelaskan, laku kerasnya mobil bekas menjadi salah satu penyebab stagnasi pasar mobil domestik di level 1 juta unit dalam 10 tahun terakhir. Tetapi, ini merupakan hal yang wajar, mengingat harga mobil baru terus melambung yang tidak diimbangi oleh kenaikan pendapatan per kapita.
Dia mencontohkan, harga Toyota Avanza G pada 2023 sudah mencapai Rp 255 juta, naik tajam dari 2013 sebesar Rp 102 juta. Sementara itu, pendapatan per kapita dalam 10 tahun terakhir hanya naik 3,65%. Artinya, kenaikan pendapatan per kapita tidak cukup untuk menjangkau harga mobil yang terus melambung.
“Selisih antara daya beli masyarakat dan harga mobil makin lebar. Ini membuat masyarakat berpaling ke mobil bekas,” kata dia, Selasa (9/7/2024).
Sebaliknya, dia menerangkan, harga mobil bekas makin menggiurkan, karena terus terdepresiasi. Pada titik ini, terbentuk pasar mobil seken yang terus membesar.
Dia menuturkan, ada dua cara untuk mendongkrak penjualan mobil baru. Pertama, menaikkan pendapatan per kapita dengan mengerek pertumbuhan ekonomi. Kedua, mengintervensi harga mobil baru melalui insentif fiskal, seperti diskon PPnBM.
Discussion about this post