Jakarta, Motoris – Nissan menjadi korban perang mobil listrik (electric vehicle/EV) vs mobil mesin pembakaran internal (ICE) penenggak bensin yang diprakarsai BYD. Akhirnya, pabrikan mobil Jepang itu menutup satu pabrik di Cina yang belum lama beroperasi, yakni sejak 2020.
Berdasarkan laporan electrek.co, dikutip Senin (24/6/2024), Nissan kesulitan mengimbangi BYD yang tak berhenti melepas EV murah, entah itu PHEV maupun BEV. Ini sangat disayangkan mengingat Cina adalah salah satu pasar utama Nissan.
“Sekitar 1/3 penjualan dan laba bersih Nissan disumbangkan unit bisnis Cina,” tulis media itu.
Setelah terlempar dari lima besar pasar mobil Cina pada 2022, penjualan Nissan terus memburuk. Tahun lalu, penjualan pabrikan ini merosot 16% dan tren ini berlanjut memasuki 2024.
Mei 2024, penjualan saudara Mitsubishi dan Renault ini turun 2,8% menjadi 64.233 unit. Ini sejalan dengan langkah perseroan menurunkan panduan penjualan 2024 sebesar 23% menjadi 800 ribu unit pada akhir tahun lalu.
Media ekbis Jepang Nikkei melaporkan, Nissan terpaksa menutup pabrik di Changzhou Cina, karena produksi jauh di atas penjualan, Jumat pekan lalu. Kapasitas pabrik ini mencapai 130 ribu unit setahun, 8% dari total kapasitas di Cina.
Di Cina, bersama dengan mitranya Dongfeng Motor, Nissan memiliki delapan pabrik dengan total kapasitas 1,6 juta unit per tahun, dua kali lebih besar dari proyeksi penjualan tahun ini.
Di sudut lain, awal tahun ini, BYD sudah mengumumkan perang bubat dengan mobil ICE dengen melepas EV murah. Sejauh ini, BYD mulai memenangi pertempuran melalui dua model, yakni Dolphin Mini dan Seagull EV.
Tahun ini, BYD memotong harga BEV Seagull menjadi mulai dari US$ 10 ribu atau Rp 160 jutaan di Cina. Dalam dua tahun ke depan, EV, kata CEO BYD Wang Chaunfu, diprediksi bisa bikin KO mobil bensin.
Discussion about this post