Jakarta, Motoris – Harga mobil listrik (electric vehicle/EV) bekas terjun bebas, sehingga harganya kini di bawah kendaraan bermesin pembakaran dalam (ICE) penenggak bensin. Hal itu terjadi di Amerika Serikat (AS), sedangkan di Indonesia perlu kita cek lagi lebih dalam.
Demikian hasil studi iSeeCars terhadap 2,2 juta unit EV bekas berusia 1-5 tahun pada Mei 2023 dan 2024, dilansir dari Carscoops, Senin (17/6/2024). Mei 2024, rata-rata harga EV bekas ambles 29,5% dibandingkan bulan sama tahun lalu menjadi US$ 28.767.
Sementara itu, harga mobil rata-rata bensin bekas dengan usia sama hanya turun 6,1% menjadi US$ 31.424. Dengan demikian, harga EV bekas kini lebih murah US$ 2.657 dibandingkan bensin. Padahal, Jui 2023, harga EV bekas masih 25% lebih mahal dari bensin. Ini menandakan kejatuhan harga yang sangat dalam bagi EV.
Studi itu tidak menyebutkan EV ini BEV atau PHEV. Namun, dari beberapa contoh mobil yang diriset, kebanyakan BEV.
“Sudah jelas sekarang bahwa pembeli mobil bekas tidak mau lagi membayar lebih mahal untuk EV. Mereka menganggap powertrain EV merugikan, sehingga kurang menarik dibandingkan mobil ICE,” ujar analis iSeeCar Karl Brauer.
Sejauh ini, dia menilai, belum ada indikasi harga EV seken akan stabil. Tetapi, pada satu titik, penurunan ini akan menyentuh dasar. Sayangnya, ini belum terjadi sekarang, akibat rendahnya permintaan.
Dia menegaskan, dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak EV seken yang masuk pasar, sehingga terjadi kelebihan pasokan. Ini akan terus terjadi, karena banyak EV yang kini disewagunakan (leasing). Tanpa ada permintaan kuat dari pasar, harga EV dipastikan terus melorot.
Discussion about this post