Jakarta, Motoris – Amerika Serikat (AS) benar-benar serius mau menghabisi BYD, raksasa mobil listrik Cina. Saking seriusnya, AS menugaskan satu Lembaga khusus untuk menginisiasi riset mobil listrik murah Rp 100 jutaan.
Yup, berdasarkan laporan insideevs, dikutip Jumat (31/5/2025), Advanced Research Projects Agency-Energy (Arpa-E), incubator teknologi di bawah Departemen Energi AS, sedang mencari cara lain untuk membantu AS membangun mobil listrik baterai (BEV) yang bisa menikam BYD Seagull.
Kita tahu, BYD Seagull benar-benar membuat gempar dunia permobilistrikan dunia lantaran harganya mulai US$ 10 ribu alias Rp 150 juta untuk seri 2024. Ini membuat pabrikan lain ketar-ketir. Sebagai ilustrasi, harga BEV termurah di AS hanya US$ 30 ribu, tiga kali dari Seagull.
Halle Cheeseman, manajer program generasi baterai baru Arpa-E, bercerita kepada The Information soal potensi merilis inovasi yang membuat biaya produksi BEV buatan AS mencapai US$ 12 ribu dengan harga ritel US$ 16 ribu atau Rp 170 juta.
Cheeseman lalu membuat proposal yang dipresentasikan di konferensi Arpa-E di Dallas, AS, pekan lalu. Intinya, para pejabat AS khawatir dengan maraknya BEV murah Cina yang masuk AS. AS kini berniat serius mengadang serbuan BEV Cina di luar penaikan tarif bea masuk (BM) impot ekstrem sebesar 100% lebih.
Bagi dia, Seagull adalah kombinasi dari subsidi pemerintahan setempat, skala manufaktur tinggi, dan kuatnya rantai pasok baterai BYD. Selain itu, BYD dikenal sebagai pabrikan dengan integrasi vertical tertinggi dibandingkan pabrikan lain.
Gampangnya, mayoritas suku cadang mobil BYD dibikin sendiri, bertolak belakang dengan pabrikan lain yang mengandalkan para pemasok. BYD membikin chip dan baterai sendiri, sesuatu yang tidak bisa dilakukan prinsipal lain. Kini, BYD menjadi produsen baterai EV nomor dua dunia, di bawah CATL.
“Kita sudah dikalahkan habis-habisan oleh China. Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda,” tegas Cheeseman.
Dia lantas memberikan solusi untuk memproduksi BEV murah, seperti mengadopsi teknologi robotic, 3D printing suku cadang, dan mendorong peranan perusahaan utilitas memiliki saham di perusahaan baterai serta menerapkan teknologi vehicle to grid (V2G).
Menurut dia, teknologi robotic bisa meningkatkan prersisi dan efisiensi proses manufaktur BEV, lalu mengurangi biaya tenaga kerja dan eror produksi. Adapun 3D printing bisa mempercepat produksi suku cadang yang kompleks.
Secara bersamaan, dua cara ini bisa menghemat biaya produksi dan menghasilkan BEV yang lebih ringan, efisien. Intinya, biaya produksi bisa ditekan.
Cheeseman menuturkan, riset ini membutuhkan waktu tiga tahun dengan dana US$ 30 juta. Jika solusi dari tim menjanjikan, mereka diberi kesempatan untuk memperluas penerapan.
Intinya, AS kini dalam jalur benar untuk memproduksi BEV murah mulai 2025 dan 2026. Memang, realisasi harga nantinya bisa di atas target Cheeseman,t tetapi tetap lebih murah dari yang beredar saat ini. (gbr)
Discussion about this post