Jakarta, Motoris – Tesla, pabrikan BEV terbesar dunia, dikabarkan membidik Thailand sebagai basis manufaktur, bukan Indonesia. Soalnya, Thailand yang dijuluki Detroit Asia memiliki prospek kendaraan listrik (EV) menjanjikan, lengkap dengan paket insentif menarik.
Berdasarkan laporan CNBC, Minggu (12/5/2024), bersama India, Tesla kini memantau Thailand. Media ini lantas menyebut Thailand sebagai ibu kota EV di Asia Tenggara.
Tak sekali pun nama Indonesia disebut media itu. Padahal, kita tahu, Nusantara berambisi juga menjadi pemain utama BEV dunia dan merupakan rival kuat Thailand di Asia Tenggara.
CNBC menulis, pemeritahan Thailand sudah berdiskusi dengan Elon Musk, pemilik Tesla. Selanjutnya, Elon sudah melirik beberapa lokasi untuk mendirikan pabrik alias gigafactory.
Thailand tak diragukan lagi menawarkan Tesla beberapa keunggulan, antara lain pasar dalam domestik yang terus bertumbuh sebagai diversifikasi dan mengurangi ketergantungan pasar AS dan Eropa.
Pihak Tesla tidak merespons laporan ini.
Sementara itu, Thailand dikenal sebagai negara dengan SDM dengan keahlian tinggi dan sukses menarik sejumlah prinsipal otomotif global. Thailand bisa mengurangi ketergantungan Tesla dari basis manufaktur China.
Dengan memiliki pabrik di Thailand, Tesla bisa melayani pasar BEV Asia, yang berpotensi bisa mengulangi pertumbuhan pasar Cina. Kini, 60% pasar BEV dunia disumbangkan Cina.
“Thailand adalah alternatif selain Cina, di mana pemain bisa membuat mobil dengan biaya rendah. Thailand memberikan akses berkelanjutan rantai pasok otomotif dari Cina, tetapi tidak diatur Beijing,” kata Craig Irwin, senior research analyst Roth Capital yang meriset Tesla.
Pemain mobil bisa mengekspor barang dari Thailand tanpa khawatir kena bea masuk tinggi. Adapun barang dari Cina kini diancam tarif tinggi dari beberapa negara, terutama AS.
“Implikasi politik ekspor dari Thailand ke AS dan Uni Eropa lebih rendah ketimbang dari Cina,” kata Seth Goldstein, analis saham Morningstar, yang juga meriset Tesla.
Kalaupun sulit menjebol pasar AS, Tesla masih bisa meraih pasar Asean yang dihuni 650 juta penduduk.
Di dalam negeri sendiri, Thailand memasang target EV ambisius. Pada 2030, Tgauland menargetkan 30% produksi merupakan EV, ekuivalen 725 ribu unit mobil dan 675 ribu sepeda motor.
Adapun paket insentif yang ditawarkan Thailand antara lain diskon tarif bea masuk (BM) impot 40% dan penurunan tarif cukai 2% untuk EV impor pada 2024 dan 2025. Namun, pemain harus memproduksi barang secara lokal mulai 2027.
Di Thailand, kita tahu semua, sudah ada beberapa pabrikan Jepang, antara lain Toyota, Nissan, dan Honda, lalu AS, seperti Ford dan GM. BYD dan Great Wall, serta beberapa pemain Cina lainnya juga sudah masuk Thailand dengan investasi US$ 1,4 miliar. (gbr)
Discussion about this post