Jakarta, Motoris – Langkah pemain mobil listrik (battery electric vehicle/BEV) dunia beralih ke baterai lithium ferro phosphate (LFP) adalah fakta, terlihat pada terus meningkatnya pangsa pasar baterai ini. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu harga nikel turun parah sepanjang 2023.
Berdasarkan laporan Bloomberg, harga nikel turun 40% dalam setahun terakhir. Sementara itu, jika kita mampir ke tradingeconomics.com, di situ terlihat jelas grafik harga nikel yang menukik tajam. Kalau dibahasakan, harga nikel turun 43% menjadi US$ 15.799 per ton per 19 Januari 2024, dibandingkan 23 Januari 2023 sebesar US$ 27.895
Bloomberg menilai, kejatuhan harga nikel disebabkan oleh naiknya pasokan nikel dari Indonesia dan tren penggunaan baterai yang tak mengandung nikel oleh para pabrikan BEV.
“Permintaan nikel dan kobalt turun, karena pemain EV mengadopsi tipe baterai yang tak membutuhkan dua komoditas tersebut,” tulis Bloomberg, Senin (22/01/2024).
Sejalan dengan itu, Citigroup memprediksi harga nikel turun lagi ke level US$ 15.500 per ton dalam tiga bulan ke depan. Bank investasi ini memangkas proyeksi harga nikel kuartal I-2024 dari US$ 18 ribu menjadi US$ 16 ribu per ton.
Merujuk data Citigroup, sebanyak 63% nikel digunakan untuk memproduksi baja nirkarat (stainless steel/SS), lalu 16,7% untuk baterai mobil listrik, dan sisanya produk lain. Indonesia menguasai 50% produksi nikel dunia, setelah diguyur investasi miliaran dolar AS, terutama dari pemain Cina.
Kembali ke LFP, baterai ini kini masif digunakan oleh BYD dan saingannya Tesla mulai melakukan hal sama untuk sejumlah model. Toyota juga akan menggunakan baterai LFP karena 40% lebih murah dari baterai lithium ion.
LFP sebenarnya merujuk pada racikan katoda baterai. Kandungannya adalah lithium sebesar 4%, besi (iron) 35%, dan fosfat 61%. Ini berbeda dengan katoda baterai lithium ion NCM/NCA yang terdiri atas lithium, nikel kobalt, mangan/aluminium.
Kelebihan LFP adalah lebih aman, biaya produksi rendah, lebih tahan lama, dan ramah lingkungan, karena tidak beracun, bisa didaur ulang.
Memang, saat ini, baterai lithium ion masih mendominasi. Namun, patut dicatat, pangsa pasar LFP terus meningkat.
Merujuk visual capitalist.com, pangsa pasar LFP pada 2022 naik menjadi 30% dibandingkan 2020 yang hanya 6%. Tren ini akan terus bertahan sampai 2030. Tahun itu, nilai pasar LFP diprediksi mencapai US$ 52,7 miliar, dibandingkan estimasi 2023 US$ 15 miliar.
Discussion about this post