Jakarta, Motoris – Potensi BYD, pemain kendaraan listrik (electric vehicle/EV) nomor dua di dunia, membangun pabrik di Indonesia tahun ini rendah. Sebab, pabrik BYD tengah dibangun di Thailand dan ditargetkan rampung tahun 2024.
Itu artinya, BYD akan memanfaatkan fasilitas itu secara optimal sebelum membangun pabrik di Indonesia. Adapun kapasitas produksi terpasang pabrik BYD di Thailand sangat besar, mencapai 150 ribu unit per tahun.
Berdasarkan riset CGS CIMB Sekuritas, kapasitas pabrik BYD di Thailand cukup untuk memasok barang ke Indonesia. Dengan mempertimbangkan minimnya infrastruktur EV plus hasil beragam para pemain baru di Indonesia, tahap awal, BYD mengimpor mobil dari pabrik itu untuk dipasarkan di Indonesia.
Selain itu, Indonesia dan Thailand memiliki perjanjian perdagangan bebas dalam Asean Free Trade Area. Dalam kerangka itu, impor mobil dari sesama negara Asean bebas tarif bea masuk (BM).
“Dengan skema itu, harga mobil BYD tetap kompetitif di Indonesia, terutama untuk model Dolphin yang sudah dijual di Malaysia,” tulis CGS CIMB dalam riset, dikutip Rabu (16/8/2023).
Broker ini memprediksi harga BYD Dolphin di Indonesia sekitar Rp 450 juta. Ini harga strategis untuk melawan para pemain lama di segmen SUV lima penumpang.
Kita tahu semua, pemerintah tengah merayu BYD untuk berinvestasi di negara ini. Pemerintah, tulis CGS CIMB, berencana menawarkan sejumlah insentif, seperti pembebasan tarif BM impor mobil listrik dalam bentuk utuh (CBU) dan menurunkan tarif PPN hingga 10% menjadi tinggal 1%.
Tetapi, pemerintah sepertinya sudah melupakan rencana pemberian subsidi. Padahal, Thailand memberikan subsidi berkisar US$ 2.000-4.700 untuk pembelian EV.
Inisiatif ini muncul setelah kabar Tesla membangun markas besar di Malaysia mencuat, lalu Geely berniat membangun pabrik di Thailand, mengikuti jejak Changan, Great Wall Motor, Hozon, dan MG. (gbr)
Discussion about this post