Jakarta, Motoris – Penyerapan subsidi motor listrik Rp 7 juta per unit sangat rendah, hanya 2 unit hingga saat ini, berdasarkan informasi di laman SISAPIRa.id. Trimegah Sekuritas menyebutkan tiga penyebab subsidi motor listrik tak laku.
Pertama, berdasarkan pengecekan Trimegah, sejumlah proses verifikasi subsidi sangat panjang. Ada sekitar 80 juta NIK yang layak mendapatkan subsidi ini dari total 200 juta NIK. Namun, ada syarat lain, yakni harus peserta KUR, penerima subsidi listrik dan bantuan produktif usaha mikro.
Penyebab kedua subsidi motor listrik tak laku adalah sistem pencairan. Dari pengecekan Trimegah, subsidi Rp 7 juta dibayarkan lebih dahulu oleh agen pemegang merek (APM) atau dealer motor listrik. Pemerintah akan membayar kemudian, langsung ke pabrikan.
Namun, tulis Trimegah, waktu pencairan subsidi belum diketahui. Akibatnya, beberapa pemain tidak berani menjual motor listrik dengan skema subsidi.
Ketiga, beberapa pabrikan menghadapi sejumlah tantangan untuk mendapatkan subsidi ini. Contohnya, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) harus mencapai 40%, lalu masalah pengamanan pasokan bahan baku dan distribusi.
Trimegah mencatat, pemerintah menargetkan penjualan motor listrik mencapai 200 ribu unit tahun 2023 dengan adanya skema subsidi yang berlaku efektif 1 April 2023. Akan tetapi, realisasinya masih rendah, karena sampai 26 Mei 2023, baru ada dua permintaan subsidi yang disetujui, sedangkan yang masih diproses untuk diverifikasi mencapai 582 unit. Artinya, itu hanya 0,3% dari target pemerintah.
“Melihat hanya ada sisa enam bulan sampai akhir 2023, kami kira para pemangku kepentingan perlu meningkatkan sejumlah hal untuk mencapai target penjualan motor listrik 200 ribu unit,” tulis Trimegah.
Sebelumnya, pemerintah memberikan subsidi Rp 7 juta kepada 13 model motor listrik dengan syarat TKDN mencapai 40%. Ke-13 motor listrik itu adalah Gesits G1 A/T, Volta 401, Selis E-Max, Selis Agats, United T1800 A/T, United TX3000 A/T, United TX1800 A/T, Smoot elektrik Tempur dan Zuzu, Rakata X5 dan S9, Viar New Q1 dan Polytron PEV 30 M1 A/T. Tetapi, jumlahnya berubah lagi menjadi 18 merek. (gbr)
Discussion about this post