Jakarta, Motoris – Ada wacana panas dari Institute for Essential Services Reform (IESR). Lembaga ini menyerukan sebanyak 65% mobil dan motor mesin pembakaran internal (ICE) yang meminum bahan bakar minyak (BBM) wajib diganti ke kendaraan listrik baterai (battery electric vehicle/BEV) tahun 2030, jika Indonesia serius mencapai target netralitas karbon (net zero emission/NZE) pada 2060.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyatakan, upaya pemerintah dalam percepatan penggunaan kendaraan listrik mencerminkan urgensi transformasi industri otomotif. Sebab, jika telat sedikit, Indonesia bakal ketinggalan dari Thailand, India, dan Vietnam.
Itu sebabnya, kalau Indonesia ingin membangun industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV), jangan ditunda-tunda. Indonesia bisa meniru Tiongkok yang bergerak cepat membangun industri kendaraan listrik. Kalau Tiongkok telat, negara itu hanya menjadi pasar.
“Begitu juga dengan Indonesia. Harusnya kita jadi produsen, bahkan bisa ekspor,” kata Fabby Tumiwa, Sabtu (25/2/2023).
Menurut Fabby, industri motor listrik bisa menjadi kunci bagi transformasi industri otomotif di masa mendatang. Alasannya, industri motor listrik tidak membutuhkan banyak komponen. Dengan demikian, tidak memerlukan rantai pasok (supply chain) yang banyak. Selain itu, teknologi motor listrik juga relatif sederhana, yakni hanya motor penggerak, baterai, sistem kontrol, dan sasis.
Dengan demikian, imbuh Fabby, motor listrik hanya tinggal menentukan berapa ukurannya, misalnya, sekian tenaga kuda. Kondisi demikianlah yang membuat lebih mudah bagi pemain-pemain baru masuk sektor ini.
“Selain itu, pasarnya masih baru, sehingga belum ada yang mendominasi. Artinya, siapa yang masuk cepat, dia bisa mendapatkan pasar,” imbuh dia.
Dia mengatakan, pemerintah memang sedang mengembangkan industri listrik terintegrasi dari hulu ke hilir. Di hulu, ada produksi mineral, antara pembuatan baterai, dan di hilir pembuatan sepeda motor listrik.
“Jadi ekosistemnya sedang dibangun. Kalau ini sudah terbentuk, kita lihat pada 2024-2025 sudah bisa produksi. Kalau industri sudah terbentuk, pengguna di hilir bisa lebih cepat lagi,” kata dia.
Pengguna sepeda motor saat ini, menurut Fabby, potensial menjadi pengguna motor listrik roda dua di masa depan. Populasinya pun cukup besar. Dari catatan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), populasi sepeda motor mencapai 126,99 juta.
Setiap tahun, permintaan sepeda motor juga meningkat. Sepanjang 2022, misalnya, menurut Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (Aisi), penjualan motor domestik mencapai 5,2 juta unit.
Di sisi lain, imbuh dia, ke depan, penggunaan motor listrik dapat mempercepat transformasi industri otomotif, mendukung ketahanan energi, serta penurunan emisi gas rumah kaca, selaras dengan target net zero emission pada 2060. (gbr)
Discussion about this post