Jakarta, Motoris – Total biaya kepemilikan mobil listrik (electric vehicle/EV) Wuling Air EV selama lima tahun ternyata lebih mahal dibandingkan LCGC Toyota Agya, berdasarkan estimasi broker saham Trimegah Sekuritas. Loh kok bisa? Bukannya biaya mobil listrik lebih murah dari mobil biasa alias pembakaran internal.
Begini jawaban Trimegah dalam laporan riset, belum lama ini. Trimegah mengasumsikan LCGC menenggak Toyota Agya lansiran 2022 menenggah Pertalite dengan konsumsi bensin 1 liter per 15 kilometer dan biaya perawatan Rp 1 juta per 10 ribu km. Sementara itu, Wuling Air IV menelan biaya listrik Rp 1.500 per kWh.
Dengan asumsi jarak tempuh 72.600 km selama lima tahun, biaya energi Agya 2022 yang dibanderol Rp 169 juta mencapai Rp 37 juta, sedangkan Air EV hanya Rp 9,6 juta. Lalu, Agya harus mengeluarkan total biaya perawatan Rp 7 juta selama lima tahun, sedangkan Air EV tidak.
Namun, berhubung harga Air EV Long Range Rp 300 jutaan, total biaya kepemilikan mobil ini selama lima tahun mencapai Rp 309,6 juta, 45% lebih mahal dari Agya Rp 213,3 juta.
Trimegah kemudian melanjutkan analisis dengan memperhitungkan depresiasi harga mobil dalam lima tahun ke depan. Berdasarkan harga Agya rakitan 2017 saat ini, depresiasi mobil itu mencapai 20%. Jika menggunakan asumsi itu, memang total biaya kepemilikan Wuling masih 3% lebih hemat.
Akan tetapi, Trimegah ragu depresiasi Air EV akan mencapai level itu. Sebab, kualitas baterai EV terus menurun, seiring bertambahnya usia pakai. Ini bisa membuat harga jual sekennya turun.
“Itu artinya, jika kita mengasumsikan depresiasi 30%, total biaya kepemilikan Air EV masih 37% lebih mahal dari Agya,” tulis broker itu. (gbr)
Discussion about this post