Jakarta, Motoris – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kini tak segan berselisih paham dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian soal insentif otomotif. Bagi Kemenperin, otomotif layak diberi insentif, sedangkan Kemenko tegas menolak, kendati usulan resmi belum sampai ke Lapangan Banteng.
Argumen Kemenperin, yang mencetak penjualan tajam tahun ini hanya mobil listrik baterai (BEV), yang mayoritas di impor. Adapun penjualan mobil ICE peminum bensin atau solar longsor.
Sementara itu, Kemenko menganggap otomotif tak perlu diberi insentif, karena sudah kuat. Indikatornya, penjualan BEV naik tajam dan terus digelar pameran akbar model GIIAS dan GJAW. Fokus Kemenko tahun depan adalah membantu pengembangan mobil nasional.
Kemenperin menilai, industri otomotif saat ini sangat membutuhkan insentif guna memperkuat ekosistem dari hulu-hilir. Insentif tersebut guna mempertahankan utilisasi produksi, melindungi investasi dan pekerja industrinya dari PHK, serta meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri.
Kemenperin mencatat, selama Oktober-Januari tahun 2025, penjualan BEV mencapai 69 ribu unit. Namun, 73% merupakan BEV impor, yang nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja industrinya berada di negara lain.
Sementara segmen kendaraan lain yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki share terbesar dalam pasar industri otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan, bahkan jauh di bawah jumlah produksi tahunan kendaraan pada segmen tersebut.
“Jadi, keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu. Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan tersebut,” ujar juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief, dikutip Selasa (2/12/2025).
Selain itu, dia menegaskan, banyaknya pameran bukan berarti menunjukkan, industri otomotif sedang kuat. Kuat tidaknya industri otomotif nasional hanya bisa disimpulkan berdasarkan data penjualan dan produksi otomotif.
“Banyaknya pameran otomotif diberbagai tempat Indonesia juga bukan ukuran industri otomotif sedang kuat. Sebaliknya, banyak pameran otomotif adalah upaya dan perjuangan industri untuk tetap mempertahankan demand ditengah anjlok penjualan domestiknya dan sekaligus melindungi pekerjanya dari PHK. Sekali lagi, kita harus menggunakan data statistik yang ada untuk menggambarkan kondisi obyektif industri otomotif saat ini dan tidak menggunakan jumlah event pameran otomotif,” ujar Febri.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) hanya 634.844 unit, turun 10,6% dibanding tahun lalu sebanyak 711.064 unit.










