Jakarta, Motoris – Presiden AS Donald Trump muak dengan mobil listrik (EV), sehingga berniat mengakhiri subsidi pembelian mobil jenis ini. Trump menganggap subsidi ini tidak adil, karena hanya diberikan ke satu teknologi, yakni EV.
Trump berniat mengembalikan khitah mobil AS, yakni ber-cc besar dan menenggak bahan bakar fosil, bisa bensin atau solar. Politisi Partai Republik ini melihat produksi otomotif AS bakal melejit dengan pertumbuhan yang tak pernah dilihat sebelumnya.
Pertanyaannya, apakah langkah ini perlu dilakukan presiden kita Prabowo Subianto. Bukan apa-apa, di sini BEV hanya cukup membayar pajak 2%, sedangkan mobil lain 40% lebih. Sudah diberi insentif gede, porsi ke total pasar hanya 5%. Ya, soal ini silakan dijawab sendiri oke, sob broooo.
Kita kembali ke topik Trump. Berdasarkan laporan media global Reuters, dikutip Rabu (22/1/2025), Trump mencabut perintah eksekutif Joe Biden yang mengharuskan 50% mobil yang dijual di Paman Sam pada 2030 harus listrik. Dalam perintah eksekutif Trump, pemerintah setempat juga akan membekukan pendanaan pemerintah untuk stasiun pengecasan senilai US$ 5 miliar.
“Rezim baru juga akan mengakhiri regulasi yang mewajibkan penjualan 100% kendaraan nol emisi pada 2035 dan mencabut tax credit (subsidi) pembelian EV,” tulis media itu.
Tak hanya itu, pengusaha properti ini juga meminta EPA mempertimbangkan lagi kewajiban bagi pabrikan untuk menjual 30-56% EV pada 2032. Tadinya, mandatori itu bertujuan mengendalikan emisi.
Trump juga memerintahkan California untuk mencabut regulasi penghentian penjualan mobil bensin pda 2035, sebuah aturan yang sudah diikuti 11 negara bagian lain.
Ini pararel dengan rencana Trump menggenjot habis produksi minyak di AS, bertolak belakang dengan inisiatif energi bersih Biden, yang mencakup subsidi untuk pembangkit panel surya, angin, dan hidrogen.