Jakarta, Motoris – Hyundai berniat mengembangkan sendiri baterai mobil listrik untuk menekan harga jual dan meningkatkan keamanan. Salah satu baterai yang akan dibuat adalah LFP, yang saat ini banyak digunakan mobil listrik Cina, terutama BYD.
Dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (30/8/2024), Hyundai Motor berencana mengamankan diferensiasi teknologi baterai, memperkuat daya saing produk baterai, dan memajukan teknologi keselamatan baterai di bawah strategi Hyundai Dynamic Capabilities. Dengan begini, Hyundai berniat menjadi satu-satunya OEM di dunia yang memiliki jajaran baterai lengkap untuk berbagai powertrain.
Baterai, sebagai komponen keselamatan yang penting di mobil listrik, menjadi bagian terbesar dari biaya mobil listrik dan sangat memengaruhi daya saing produk dari segi harga. Hyundai Motor, sebagai satu-satunya produsen mobil global dengan jajaran sistem baterai yang lengkap, teguh berdedikasi untuk meningkatkan kinerja baterai serta memastikan untuk menghadirkan EV yang terjangkau, aman, dan mudah dirawat.
“Komitmen ini berakar dari kemampuan inheren perusahaan untuk pengembangan baterai. Hyundai pun terus berupaya meningkatkan daya saing sel baterai dan teknologi keselamatan untuk memberikan nilai yang maksimal bagi pelanggan sekaligus mengembangkan kapabilitas batery internalization,” tulis Hyundai.
Hyundai Motor berencana mempercepat pengembangan baterai generasi berikutnya, termasuk baterai solid-state. Hyundai akan melanjutkan pengembangan tersebut di gedung penelitian baterai generasi berikutnya, yang dijadwalkan akan dibuka di Hyundai Motor’s Uiwang Research Institute akhir tahun ini. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat kepemimpinan perusahaan dalam teknologi baterai generasi berikutnya.
Perusahaan juga berencana menerapkan struktur baterai CTV (cell to vehicle) yang dioptimalkan untuk model-model kendaraannya. Struktur CTV, yang mengintegrasikan baterai dengan bodi kendaraan, perusahaan dapat meningkatkan integrasi dan kinerja baterai serta mengurangi suku cadang untuk meringankan bobot hingga 10% dibanding sistem CTP (cell to pack) sebelumnya.
Pada 2030, Hyundai Motor bertujuan menggunakan baterai lithium ion NCM (nickel cobalt manganese) berbasis kinerja yang sudah ada saat ini dan baterai LFP (lithium iron phosphate) berbiaya rendah. Raksasa otomotif Korea Selatan (Korsel) ini juga akan mengembangkan baterai NCM baru yang terjangkau untuk memberikan solusi yang lebih luas.
Baterai entry-level baru tersebut akan pertama kali diimplementasikan berdasarkan basis volume, di mana perusahaan mengharapkan terjadinya peningkatan kinerja baterai lebih dari 20% pada 2030, melalui peningkatan dalam kepadatan energi baterai yang sedang berjalan.
Hyundai Motor juga terus meningkatkan keamanan baterainya. Perusahaan telah menerapkan battery management system (BMS), sebuah pre-diagnosis technology, pada mobil listriknya yang mendeteksi ketidaknormalan minor pada baterai secara real time dan memberi tahu pengguna. Perusahaan akan terus mengembangkan fungsi battery life management berbasis model AI dan meningkatkan keakuratan teknologi yang memprediksi masa pakai baterai.
Hyundai Motor telah mengembangkan struktur keamanan sistem baterai yang dapat mencegah perpindahan panas antar sel baterai, terlepas dari form factor baterai, dan terus menerapkan teknologi yang lebih baik untuk kendaraan. Perusahaan juga sedang mengembangkan teknologi pendinginan canggih yang menekan potensi terjadinya kebakaran di dalam baterai dan bertujuan menerapkannya dalam kendaraan yang diproduksi secara massal pada 2026.
Dengan memanfaatkan pengetahuan teknis yang diperoleh melalui desain baterai, Hyundai Motor akan menyediakan kendaraan listrik yang lebih aman dan lebih canggih bagi konsumen. Komitmen terhadap inovasi, kualitas, dan keamanan menggarisbawahi dedikasi perusahaan untuk menjadi yang terdepan di pasar mobil listrik.
Discussion about this post