Jakarta, Motoris – Harga mobil listrik Xiaomi, SU7, mahal, mulai dari varian terbawah US$ 36 ribu hingga teratas US$ 46 ribu atau Rp 500 jutaan dan Rp 700 jutaan, lebih mahal dibandingkan BEV lain di Cina, apalagi BYD.
Kalau begini, ada baiknya Xiaomi fokus berdagang ponsel murah saja, menurut pandangan Motoris.
Berdasarkan laporan Teslarati, dikutip Senin (25/3/2024), bos Xiaomi Lei Jun menegaskan, SU7 akan bertarung dengan Tesla Model 3, lantaran harganya dekat. Namun, barang pabrikan Cina itu diklaim lebih bagus, secara spesifikasi dan material.
“Kami percaya ke depan harga mobil listrik kami bisa disesuaikan. Ini bisa saja terjadi sebelum mobil resmi diluncurkan,” kata dia.
Dia mengakui, Tesla memiliki keunggulan dalam hal menaikkan harga BEV. Ini tidak bisa leluasa dilakukan pemain BEV lain dan bisa berujung pada keboncosan.
Dalam pandangan Jun, saat ini, pabrikan BEV di Cina bertarung dengan memasok barang murah ke pasar. Adapun pemain baru berada di posisi aneh, karena bisa saja harus menurunkan harga jual atau dibabat oleh para petarung lama.
Sementara itu, dia menuturkan, Tesla memiliki reputasi baik di industri BEV dunia, didukung oleh infrastruktur pengecasan yang kuat. Itu sebabnya, Jun yakin, Tesla masih bisa jualan, kendati harga Model Y dinaikkan. Intinya, Tesla tidak akan berbisnis rugi seperti halnya pabrikan lain.
“Tesla sangat keren dan mengesankan. Sekarang, banyak pemain BEV yang merugi besar, karena iklim bisnis, kecuali Tesla. Pasar BEV Cina sekarang sangat kompetitif dan hanya Tesla yang berani menaikkan harga jual,” tegas dia.
Meski Tesla bukan pemain BEV terbesar di Cina, dia menilai, penetrasi Tesla di negara ini sangat kuat. Patut dicatat, Tesla memiliki mobil laris Model Y di dunia yang penjualannya bisa melampaui beberapa model mobil bensin.
“Intinya, kemampuan Tesla memanipulasi harga menempatkan merek ini tetap kompetitif, kendati ada banyak pemain baru di jagat BEV,” tegas dia. (gbr)
Discussion about this post