Jakarta, Motoris – Verdhana Sekuritas memotret perkembangan harga mobil sejjak 2011 hingga 2023. Hasilnya sadis, lantaran harga mobil meroket 80% pada periode itu, dari rata-rata Rp 198 juta menjadi Rp 347 juta dengan CAGR 5%.
Hal itu disimpulkan Verdhana, setelah mengompilasi harga 7.000 mobil yang beredar selama satu dekade lebih. Sementara itu, harga mobil domestik dan ekspor naik 67% dari Rp 198 juta menjadi Rp 331 juta, dengan CAGR 4,4% pada periode yang sama.
Alhasil, nilai pasar mobil Indonesia melambung 2,5 kali menjadi Rp 505 triliun pada 2023 dari 2011 Rp 198 triliun. Selama ini, ekspor menjadi motor pertumbuhan produksi mobil di Tanah Air, lantaran naik lima kali lipat dari 108 ribu unit pada 2011 menjadi 520 ribu unit tahun lalu.
Meski harga mobil terus melambung, Verdhana memprediksi penjualan mobil bisa menyentuh 2,5 juta unit pada 2032, dibandingkan tahun lalu 1 juta unit, mewakila CAGR 11%. Ini akan ditopang oleh pertumbuhan PDB yang kuat di luar Jakarta, seiring masifnya investasi asing langsung (FDI) ke wilayah itu.
Kedua, tulis broker itu, pengembangan infrastruktur di luar Jakarta begitu masif, sehingga akan menopang penjualan mobil di wilayah itu.
“Dari studi kami, penjualan mobil di Indonesia memiliki korelasi kuat dengan pertumbuhan PDB,” tulis Verdhana dikutip, Selasa (5/3/2024).
Pada 2022, penetrasi mobil tertinggi masih tejadi di Jakarta, sebesar 35,3%, karena PDB ibu kota sangat tinggi mencapai US$ 20 ribu, di atas nasional sebesar US$ 4.798. Penetrasi mobil terendah dicetak Papua, sebesar 0,8% dengan PDB US$ 4.001. (gbr)
Discussion about this post