Jakarta, Motoris – Pilihan mobil listrik bebasis baterai (battery electric vehicle/BEV) bertambah banyak, menyusul guyuran insentif dari pemerintah. Rupanya ini membuat saham PT Astra International Tbk (ASII) tertekan dan menjadi yang terburuk dibandingkan saham favorit asing lainnya, yakni empat bank besar, BBRI, BBCA, BBNI, dan BMRI, serta TLKM.
Berdasarkan riset Trimegah, dikutip Jumat (19/02/2024), valuasi saham ASII kini terlalu murah, dengan PER 2024 sebesar 6,6 kali. Artinya, saham Astra hanya dihargai 6,6 kali proyeksi laba bersih per saham 2024.
Dengan proyeksi laba bersih 2024 stagnan dan berkecamuknya perang BEV murah yang bisa mendisrupsi pasar mobil bermesin pembakaran internal (ICE), prospek saham ASII dalam jangka pendek tak jelas.
“Katalis penguatan saham ASII adalah pemberian dividen special tahun ini. Kami belum memasukkan proyeksi ini dalam menentukan target saham ASII,” tulis Trimegah.
Trimegah memproyeksikan pendapatan dan laba bersih Astra tahun 2024 masing-masing Rp 336 triliun dan Rp 32,9 triliun, dibandingkan estimasi full year 2023 Rp 326 triliun dan Rp 32,8 triliun.
Trimegah masih mempertahankan rekomendasi buy saham ASII dengan target harga Rp 7.000. Sementara itu, merujuk data RTI, saham ASII ambles 26% dalam enam bulan terakhir ke level Rp 5.325.
Discussion about this post