Jakarta, Motoris – Mobil listrik baterai (BEV) sudah banyak yang murah, seiring maraknya insentif yang dikucurkan pemerintah. Namun, masih ada risiko beli mobil listrik, yang membuat orang mikir dua kali.
Agus Purwadi, pengamat otomotif ITB, menjelaskan, risiko pertama adalah harga jual kembali yang masih gelap. Ini wajar mengingat pasar mobil listrik seken belum terbentuk, tidak seperti ICE.
“Padahal, orang sebelum beli mobil mencari tahu harga sekennya, sehingga kalau lagi kepepet bisa langsung jual. Kalau mobil listrik belum bisa begini, karena pasar belum terbentuk,” tegas dia di Jakarta, Jumat (12/1/2024).
Solusinya, kata Agus, agen pemegang merek (APM) harus berani membeli kembali (buyback) BEV konsumen dengan harga yang sudah dipatok. Ini bisa mengurangi risiko konsumen yang masih ragu membeli kedua.
Risiko kedua, kata dia, layanan purnajual mobil listrik belum sebagus ICE. Bahkan, dia mendengar ada BEV kondang yang suku cadangnya belum siap, sehingga konsumen harus menunggu saat ingin membeli.
Pada titik ini, Agus menyatakan, mau tak mau APM harus membentuk sebuah ketenangan kepada konsumen atau bahasa kerennya peace of mind. Konsumen harus diyakinkan bahwa membeli BEV sebenarnya tidak berbeda dengan ICE dan hybrid.
Kabar terbaru, Wuling BinguoEV telah menjalani proses verifikasi yang dilakukan oleh lembaga pelaksana verifikasi, PT Surveyor Indonesia. Hasilnya, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) BinguoEV mencapai 47,5%.
Dengan begini, BEV kedua Wuling di Indonesia layak mendapatkan insentif pajak penjualan barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) alias 0%. Harga jual BinguoEC Long Race AC pun turun dari Rp 348 juta menjadi Rp 317 juta, Long Range AC DC dari Rp 358 juta menjadi Rp 326 juta, dan Premium Range AC DC dari Rp 408 juta menjadi Rp 372 juta. (gbr)
Discussion about this post