Jakarta, Motoris – BYD memulai pembangunan pabrik baterai sodium ion di China berkapasitas 30 GWh per tahun dengan investasi US$ 1,6 miliar. Baterai ini akan menyasar mobil listrik murah dengan banderol di bawah Rp 150 juta. Gilaaaa.
Berdasarkan laporan notebookcheck.net, dikutip Selasa (9/1/2024), baterai sodium ion lebih murah dari lithium ion, karena sedikit menggunakan lithium, material penting katoda baterai. Namun, densitas baterai sodium ion lebih rendah ketimbang pendahulunya lithium ion.
Sisi positifnya, baterai sodium ion lebih cepat dicas dan BEV yang memakainya bisa dipakai dalam cuaca dingin ekstrem. Ini tentunya akan memperkuat dominasi BYD di tataran BEV global.
Prinsipnya, BYD tak mau ketinggalan dengan para pesaing. Soalnya, belum lama ini, perusahaan patungan VW bernama JAC meluncurkan BEV dengan baterai sodium ion berkapasitas 23,2 kW dengan jarak tempuh 230 km saat baterai terisi penuh.
Pengecasan baterai ini hanya 20 menit dari 10% ke 80%, lebih cepat dari baterai LFP yang dipakai Tesla Model 3. Selain itu, kapasitas baterai masih bisa 92% saat mobil melaju di cuaca dingin ekstrem di bawah 20 derajat celcius.
Baterai sodium ion BYD bukan untuk mobil seperti Seagull yang harganya US$ 15 ribu, melainkan mobil listrik murah di bawah US$ 10 ribu alias Rp 150 juta, bahkan sepeda motor.
Di sisi lain, kuartal IV-2023, BYD menjelma menjadi penguasa BEV dunia. Namun, akumulasi penjualan setahun penuh 2023 BYD masih di bawah sang rival, Tesla, yang dikendalikan sang nabi digital Elon Musk. (gbr)
Discussion about this post