Jakarta, Motoris – Mantap, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memiliki visi besar menjadikan industri mobil negara ini masuk 10 besar dunia. Saat ini, Indonesia berada di posisi 11, di bawah Thailand yang berada di peringkat 10.
Kukuh Kumara, sekum Gaikindo, menyatakan, tahun lalu dan beberapa tahun belakangan, Indonesia adalah pasar terbesar mobil di Asean. Akan tetapi, secara produksi, Indonesia kalah dari Thailand. Ini menjadi alasan Indonesia belum bisa masuk 10 besar industri mobil dunia.
Berdasarkan data Asean Automotive Federation (AAF), tahun lalu, penjualan mobil domestik Indonesia naik 18% menjadi 1,048 juta unit, terbesar di Asean dengan total penjualan 3,4 juta unit. Thailand ada di posisi kedua dengan penjualan 849 ribu unit, naik 13% dari 754 ribu unit.
Per Juni 2023, penjualan mobil domestik tumbuh 6,5% menjadi 505 ribu unit, sedangkan produksi tumbuh 6% menjadi 696 ribu unit.
Kukuh menegaskan, untuk menggenjot produksi, ekspor mobil utuh (completely built up/CBU) harus dikerek. Gaikindo menargetkan ekspor mobil CBU bisa menyentuh 1 juta unit, sedangkan penjualan domestik 1,5 juta unit dalam beberapa tahun ke depan.
Adapun total kapasitas produksi terpasang industri mobil di Indonesia mencapai 2,1 juta unit, merujuk data Gaikindo. Artinya, dibutuhkan tambahan kapasitas terpasang untuk mencapai target produksi 2,5 juta unit.
Sejauh ini, dari keterangan Dirjen ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazir, empat pabrikan mobil berencana membangun pabrik di Indonesia. Namun, dia enggan menyebutkan nama-namanya.
Di luar itu, Mitsubishi berniat menginvestasikan dana Rp 5,7 triliun untuk menambah kapasitas produksi terpasang menjadi 250 ribu unit per tahun pada 2024. Dana itu juga digunakan untuk memproduksi mobil listrik berbasis baterai (BEV) Minican-Mi-EV, mobil hybrid, sekaligus plug in hybrid.
Hal itu ditegaskan Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita usai bertemu bos besar Mitsubishi Motors Corporation Takao Kato di Jakarta, kemarin. (gbr)
Discussion about this post