Jakarta, Motoris – Cina sukses membangun dinasti nikel di Indonesia. Sementara itu, perusahaan lokal hanya mampu setor bijih nikel, entah itu saprolit dan limonit yang kemudian diolah Cina menjadi produk antara dan produk jadi antara lain baja nirkarat (stainless steel) dan nikel kelas 1 atau battery grade (BG), bahan baku baterai mobil listrik.
Berkat Cina, Indonesia kini menjadi eksportir terbesar SS terbesar di dunia. Hal ini tak lepas dari larangan ekspor bijih nikel yang mulai berlaku sejak 2014, yang mendorong pemain SS Cina merelokasi pabrik ke Indonesia.
Aktor utama proyek SS Cina di Indonesia adalah Tsingshan, perusahaan SS terbesar dunia. Tsingshan menjadi investor penggeral Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah. Di kawasan industri (KI) berbasis nikel itu, Tsingshan membangun pabrik bahan baku SS berupa nickel pig iron (NPI), feronikel, hingga SS.
Setelah sukses di SS, Cina kini membangun pabrik pengolahan bijih nikel menjadi nikel bahan baku baterai mobil listrik alias nikel kelas 1 yang biasa disebut battery grade (BG). Aktor utamanya tentu saja Huayou Cobalt, Lygend, dan CNGR. Ketiga perusahaan ini bermitra dengan para pemilik tambang nikel di Indonesia.
Huayou sudah meneken kesepakatan bisnis dengan Vale Indonesia untuk membangun dua pabrik BG. Ford menjadi offtaker produk mereka. Lygend juga terlibat di beberapa proyek besar, sedangkan CNGR akan membangun pabrik BG di KI milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam).
Di hilir, pemain sel baterai dunia siap menangkap BG untuk membuat katoda. Lalu, dilengkapi dengan anoda, elektrolit, dan separator, mereka membuat sel baterai. Di sini, ada dua pemain besar, yakni CATL dan LGES. Kedua perusahaan ini sudah menjalin kemitraan dengan Antam untuk menarik BG hasil kolaborasi Antam dengan pemain asal Cina.
Berdasarkan catatan Nomura, Senin (23/1/2023), Indonesia menjadi destinasi utama pemain besi dan baja Cina, karena merupakan rumah dari bahan baku utama, yakni batu bara, nikel, tembaga, dan bauksit. Begitu ada larangan ekspor nikel dari Indonesia, Cina langsung bergerak dan mendirikan pabrik di sini.
Hebatnya, tulis Nomura, relokasi pabrik membuat biaya produksi rendah, karena rantai pasok terintegrasi, mulai dari bijih nikel, NPI, dan SS. Didorong aliran investasi dan beroperasinya pabrik-pabrik nikel antara dan hilir di Morowali dan Konawe, Indonesia menjelma menjadi eksportir SS terbesar dunia, dengan nilai ekspor US$ 5,8 miliar per November 2022.
“Kami kini melihat pergeseran tren proyek nikel ke pabrik untuk industri baterai kendaraan listrik. Beberapa perusahaan Cina tengah dan akan membangun pabrik HPAL, teknologi pengolahan bijih nikel limonit ke BG, di Indonesia,” tulis broker itu.
Discussion about this post