Jakarta, Motoris – Pemegang saham PT Volta Semesta Indonesia, produsen sepeda motor listrik Volta, ternyata ada yang berasal dari Cina. Rupanya hal ini terkait efisiensi rantai pasokan komponen yang sebagian besar memang masih diimpor, terutama dari Cina.
Hal itu terungkap dalam laporan riset BRI Danareksa Sekuritas tentang PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), pemegang tidak langsung saham Volta. Dari hasil pemantauan sekuritas itu ke pabrik Volta di Semarang, Jawa Tengah, ditemukan fakta bahwa baterai dan dinamo Volta masih diimpor dari luar negeri.
Broker itu menulis, pabrik Volta dioperasikan dua veteran yang sudah malang-melintang di dunia permotoran selama 15-18 tahun, dengan keahlian di bidang mounting, fitting, dan cetakan (molding) Mereka bertugas merakit Volta dengan komponen impor agar sesuai kondisi lokal.
“Selain itu, ada operator dan staf perakitan dengan gaji sesuai standar minimum Rp 2,9 juta per bulan dengan beberapa penambahan,” tulis BRI Danareksa.
Catatan Motoris, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) melalui PT Energi Selalu Baru (ESB) memegang 51% saham Volta Indonesia. M Cash masuk ESB melalui tiga anak usahanya NCFX, TFAS, dan DMMX dengan kepemilikan saham 35%, 15%, dan 5%.
Broker itu mencatat, Volta memiliki dua pabrik perakitan. Pertama, pabrik seluas 2.000 meter persegi (m2) dengan kapasitas produksi 80-100 unit per hari, terdiri atas Virgo 1.000 watt, Volta 401 (1.500 watt, kapasitas angkut 2022 kg), dan Mandala yang baru saja rilis dengan tampang mirip Vespa.
Kemudian, ada satu pabrik lagi seluas 700 m2 di luar Semarang yang memproduksi motor listrik roda tiga sesuai permintaan. Total kapasitas gabungann pabrik Volta mencapai 200 unit per hari. Adapun harga jual motor listrik Volta berkisar Rp 15-16 juta. (gbr)
Discussion about this post