Jakarta, Motoris – Nilai pasar mobil elektrifikasi (electric vehicle/EV) bakal sentuh US$ 1,1 triliun atau Rp 16.800 triliun pada 2030, dibandingkan estimasi tahun ini US$ 208 miliar dan 2021 sebesar US$ 170 miliar. CAGR pasar EV selama 2021-2030 mencapai 23%.
Berdasarkan riset Presedent Research yang ditayangkan di altenergymag.com, Rabu (18/10/2022), EV adalah mobil yang digerakkan motor listrik, bisa murni maupun hibrida. Artinya, EV di sini sudah termasuk mobil hibrida atau hybrid electric vehicle (HEV), plug in hybrid electric vehicle (PHEV), dan battery electric vehicle (BEV) atau mobil listrik baterai.
Menurut lembaga itu, adopsi EV akan berjalan masif dalam beberapa tahun ke depan. Ini dipicu naiknya permintaan mobil rendah emisi dan langkah beberapa negara untuk menggeber penjualan EV.
Contohnya, pemerintah California, Amerika Serikat (AS), membuat kehebohan dengan rencana melarang produksi mobil mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) pada 2035. Ini akan memaksa orang membeli EV dan masuk era pengecasan.
Hingga kini, sekitar 30 negara berencana menghajar mobil bensin dalam 10-20 tahun ke depan, termasuk negara tak ngetop, seperti Costa Rica dan Cabo Verde, dan negara bangkrut Sri Lanka. Di luar itu, sejumlah negara mengumbar insentif pembelian EV, seperti Cina, India, dan AS
Sementara itu, pada 2040, Eropa menargetkan pengurangan gas rumah kaca sebesar 40% dan emisi nol bersih pada 2050. Ini akan menyuburkan penjualan EV di kawasan itu.
Presedent Research mencatat, BEV menyumbangkan 66% nilai pasar EV tahun lalu. Sementara itu, pasar HEV ditaksir mencapai US$ 301 miliar pada 2030, naik dari 2021 US$ 77 miliar, PHEV diprediksi US$ 385 miliar, dan pasar EV kendaraan penumpang US$ 598 miliar.
Adapun nilai pasar kendaraan komersial elektrifikasi mencapai US$ 47 miliar dan pasar EV mewah ditaksir US$ 441 miliar pada 2030 dari 2021 sebesar US$ 104 miliar. (gbr)
Discussion about this post