Jakarta, Motoris – BTR, produsen anoda baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terbesar dunia asal Cina, membangun pabrik anoda di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah. Pabrik anoda baterai EV berkapasitas 80 ribu ton per tahun ini menelan investasi US$ 478 juta.
Di proyek itu, berdasarkan laporan riset Daiwa Capital Markets, belum lama ini, BTR bermitra dengan sang penguasa Morowali, Tsingshan, yang merupakan bandar baja nirkarat (stainless steel/SS) terbesar di dunia asal Cina. Tsingshan adalah pendiri IMIP, yang kini menjadi pusat nikel Indonesia, selain di Weda Bay dan Pulau Obi, Maluku.
BTR memegang 70% saham proyek itu, sedangkan Tsingshan 30% melalui anak usahanya Stellar. Anoda adalah kutub negatif baterai EV, sedangkan kutub positif bernama katoda. Bahan baku anoda adalah grafit, sedangkan katoda terbuat dari lithium, nikel, kobalt, mangan/aluminium.
Di sisi lain, Cina melalui Chengxin Lithium juga membangun pabrik lithium di IMIP berkapasitas 60 ribu ton per tahun, dengan investasi US$ 350 juta. Dengan demikian, lengkap sudah rantai pasok industri baterai EV Cina di Indonesia.
Berdasarkan data Daiwa, Cina sudah memiliki proyek battery grade (BG) alias bahan baku katoda baterai EV, katoda, anoda, lithium, hingga sel baterai di Indonesia. Pabrik katoda dibangun oleh sang raksasa CATL dengan capex US$ 647 juta. CATL juga membangun pabrik sel baterai dengan investasi US$ 1,6 miliar. Adapun pemain BG Cina yang sudah memiliki proyek di RI antara lain para pemain kelas berat, yakni Huayou, CNGR, dan Lygend.
Bagaimana nasib perusahaan Indonesia? PT Aneka Tambang Tbk dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI) alias Indonesia Battery Corporation (IBC) terlibat dalam sejumlah proyek strategis BG hingga sel baterai. Namun, porsi sahamnya minoritas. Kita akan bahas soal ini di tulisan lain.
Untungnya, tambang nikel sebagian besar masih dikuasai pemain lokal, yakni Antam, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Ifishdeco Tb (IFSH), dan PT Pam Mineral Tbk (NICL).
PT Vale Indonesia Tbk (INCO), anak usaha Vale Brasil, juga memegang cadangan nikel besar di Indonesia. Tetapi, patut dicatat, sebagian saham perusahaan ini dipegang MIND.ID, holding BUMN tambang nasional. Sejauh ini, hanya Nickel Mines yang dikendalikan pemodal asing.
Berdasarkan data Daiwa, rantai pasok baterai EV di Indonesia kini sudah lengkap, mulai dari penambangan nikel, pengolahan nikel menjadi produk antara, seperti nikel matte dan MHP, prekursor alias bahan baku katoda, pabrik katoda, pabrik anoda, pabrik sel baterai, hingga battery pack.
Namun, proyek yang terakhir masih abu-abu. Sempat terdengar kabar Foxconn, perusahaan komponen elektronik kakap dunia asal Taiwan, berniat membangun pabrik battery pack di Indonesia. Tetapi, belum ada pernyataan resmi dari Foxconn, kecuali suara-suara optimistis dari pejabat pemerintahan Indonesia. (gbr)
Discussion about this post