Jakarta, Motoris – Setelah LG, giliran pemain baterai EV terbesar dunia, CATL, membangun pabrik sel baterai di Karawang, Jawa Barat, dengan nilai investasi US$ 1,2 miliar. Ini merupakan bagian dari proyek ekosistem baterai EV US$ 6 miliar yang melibatkan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), IBC, hingga Huayou.
Peletakan pabrik baterai EV itu digelar Minggu (29/6/2025), dihadiri langsung Presiden Prabowo Subianto dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Proyek ini merefleksikan rencana besar Indonesia memonetisasi cadangan nikel yang merupakan terbesar di dunia.
Setelah merilis larangan ekspor pada 2020, investasi di industri pengolahan nikel melonjak, yang produknya digunakan untuk memproduksi baja nirkarat (stainless steel/SS) dan material bateria EV.
“Dari kalkulasi saya, mungkin enam tahun lagi kita akan mencapai kemandirian enegi,” ujar Prabowo, dikutip dari Strait Times, Minggu (29/6/2025).
Bahlil Lahadalia menegaskan, proyek itu digarap di dua lokasi, yakni Karawang dan Halmahera Timur, Maluku Utara (Malut), basis Antam. Detailnya, penambangan nikel, smelting, dan produksi katoda akan dilakukan di Haltim, sedangkan pembuatan sel baterai di Karawang. Proyek di Haltim rencananya mulai beroperasi pada 2026.
Catatan Motoris, dalam proyek itu, CATL masuk melalui Hongkong CBL Ltd (HKCBL), anak usaha PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL) Co Ltd, yang dikendalikan CATL dan menggandeng ANTM.
Megaproyek ekosistem baterai EV terintegrasi atau populer dengan kode nama Proyek Dragon terdiri atas enam perusahaan patungan (joint venture/JV). Antam disebut akan memegang saham sekitar 30% sampai 40% saham di JV smelter pirometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF) dan HPAL.
Keenam JV tersebut bergerak dari sisi hulu (upstream), menengah (midstream), hingga hulu (downstream). Pada sisi hulu atau JV 1, ditandai dengan penyelesaian divestasi sebanyak 49% saham anak usaha Antam, PT Sumberdaya Arindo (SDA), kepada HKCBL, sehingga perseroan menggenggam 51% saham.
Di JV 2 alias RKEF, ANTM sudah menyelesaikan divestasi 60% saham PT Feni Haltim (FHT) dengan total imbalan kas sebesar Rp 7,23 triliun, sehingga kepemilikan tinggal 40%, sedangkan sisanya dipegang HKCBL.
Selain dua transaksi tersebut, Antam dan CBL juga meneken perjanjian JV 3 untuk HPAL dengan porsi Antam sebesar 30%. Sementara itu, di JV 4, Antam masuk melalui perusahaan afiliasi, Indonesia Battery Corporation (IBC), dengan memegang porsi 25-30% dan lainnya dipegang Hyundai dan LG Energy Solution.
Di JV 5, Antam melalui IBC memegang porsi saham sebanyak 30% untuk proyek sel baterai, sedangkan di JV 6, juga melalui IBC, porsi sahamnya mencapai 40% untuk proyek daur ulang baterai. Peran IBC dalam ekosistem baterai EV tersebut berada pada tahap downstream. (gbr)