Jakarta, Motoris – Raksasa otomotif Amerika Serikat (AS) Ford berencana pecat 14% karyawan di Eropa dan menutup pabrik, seiring pelemahan permintaan mobil listrik baterai (BEV) di kawasan itu akibat minimnya dukungan pemerintah dan makin kerasnya persaingan. Ini dilakukan dalam rangka menekan biaya.
Ford menyusul Nissan, Stelantis, dan GM yang juga berupaya menurunkan biaya, menyusul makin beratnya persaingan dengan pemain Cina di Eropa, lalu turunnya permintaan di Negeri Tirai Bambu, serta peralihan dari mobil bensin ke EV yang menantang. Saat ini, BEV, khususnya non-Cina masih mahal bagi sebagian konsumen.
Ford akan PHK 4.000 karyawan di Jerman dan Inggris akhir 2027. Secara total, jumlah itu setara 2,3% seluruh tenaga kerja di dunia yang mencapai 174 ribu orang.
Ini jelas adalah pukulan telak bagi Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa. Sebelum berita ini mencuat, Volkswagen, pemain kakap Jerman, juga berniat menutup pabrik, menurunkan gaji, sekaligus memangkas karyawan agar meningkatkan kemampuan untuk bersaing.
“Pemain otomotif di Eropa menghadapi tantangan kompetisi dan ekonomi yang sangat berat sekaligus ketidaksesuaian antara regulasi emisi dan permintaan konsumen terhadap mobil listrik,” tulis Ford dalam keterangan resmi, dikutip dari rte.ie, Rabu (20/11/2024).
Per September 2024, penjualan Ford di Eropa turun 17,9%, di atas penurunan industri sebesar 6,1%. Ford meminta pemerintah Jerman memberikan tambahan insentif dan stasiun pengecasan agar orang mau beralih ke EV.
Berlin mengakhiri subsidi EV pada Desember 2023. Akibatnya, penjualan EV di negara itu ambles 28,6% per September 2024.
Sebelumnya, pada 2023, Ford sudah memecat 3.800 orang di Eropa. Pabrikan itu juga akan menutup pabrik di Jerman tahun depan. (gbr)