Jakarta, Motoris – Pemodal asing gencar membuang saham PT Astra International Tbk (ASII), menyusul masuknya BYD ke Indonesia serta mencuatnya skandal tes keselamatan mobil Grup Toyota, mesin uang Astra di sektor otomotif.
Berdasarkan riset Bahana Sekuritas, dikutip Jumat (16/2/2024), sepanjang 2024, harga saham ASII turun 9,7%. Asing mencetak net sell Rp 2,38 triliun di saham ASII, bertolak belakang dengan net buy di saham-saham dengan kapitalisasi besar lainnya, terutama empat bank kakap, BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI.
“Pemicunya adalah munculnya kecemasan pasar terhadap kualitas dan kontrol keselamatan proses manufaktur mobil besutan Grup Astra,” tulis Bahana.
Pada saat yang sama, demikian tulis broker lokal itu, Astra diprediksi persaingan super keras dengan pemain mobil listrik baterai (BEV), setelah BYD, pemain EV terbesar dunia, resmi masuk.
Di Indonesia, BYD menargetkan memiliki pabrik berkapasitas 150 ribu unit per tahun, 10% dari total pasar domestik Indonesia. Pelaku pasar saham memprediksi BYD bisa meraih penjualan bagus di negeri ini. Keadaan ini menyeret turun saham Astra, perusahaan otomotif terbesar di Indonesia.
Memang, demikian Bahana, valuasi ASII saat ini sangat menarik, dengan PER 2024 sebesar 6,7 kali. Akan tetapi, Bahana melihat akan banyak faktor lain yang menekan valuasi Astra ke depannya.
Bahana memangkas proyeksi laba bersih Astra 2024 dan 2024 masing-masing 2,3% dan 10,3%. Broker ini menetapkan rekomendasi netral saham sektor otomotif dan hold saham ASII dengan target harga Rp 5.200 dalam 12 bulan ke depan, turun dari sebelumnya Rp 5.200, merefleksikan PER 2025 sebesar 6,9 kali. (gbr)
Discussion about this post