Jakarta, Motoris – Mitra strategis PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) di bisnis nikel ternyata raksasa Cina bernama Tsingshan Group. Adapun Merdeka Copper dikendalikan dua taipan, Sandiaga Uno dan Boy Thohir, yang bertugas membangun kerajaan mineral, mulai dari nikel, tembaga, dan emas.
Terbongkarnya mitra strategis Merdeka Copper di bisnis nikel terungkap dalam laporan hasil kunjungan CLSA ke Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), sebuah kawasan industri (KI) berbasis nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, bentukan Tsingshan dan Bintang Delapan Group. Tsingshan adalah investor penggerak kawasan tersebut.
Tsingshan, tulis CLSA, menjadi pemegang saham semua aset PT Merdeka Battery Minerals (MBM), anak usaha Merdeka Copper yang menggarap bisnis nikel. Ini menjadi bukti sahih bahwa Tsingshan adalah mitra strategsis Merdeka Copper di nikel.
Sebelum bermitra dengan Merdeka Copper, Tsingshan, perusahaan baja nirkarat terbesar dunia asal Cina, sudah memiliki sejumlah proyek kakap bernilai fantastis di Sulawesi. Perusahaan ini sukses membangun industri berbasis nikel saprolit yang menghasilkan produki NPI, feronikel, nikel matte, hingga baja nirkarat (stainless steel/SS). Kini, melalui kemitraan dengan Merdeka Copper, Tsingshan berniat mendirikan dinasti nikel limonit di Indonesia.
Bijih nikel limonit memiliki kadar nikel rendah, namun bisa disulap menjadi nikel kelas satu dengan teknologi HPAL. Produknya kebanyakan bernama mixed hydroxide precipitate (MHP). Lantas, MHP dimurnikan lagi menjadi kobalt dan nikel sulfat alias material (prekursor) katoda baterai kendaraan listrik (EV).
Sementara itu, bijih saprolit berkadar nikel lebih tinggi, namun kebanyakan diolah menjadi nikel kelas dua, seperti yang sudah ditulis di atas, NPI, feronikel, dan kasta tertingginya nikel matte. Produk terhilir bijih nikel ini adalah SS dalam bentuk batangan atau lembaran.
Oke, yuk kita cermati aset-aset nikel MBM. Perusahaan ini memegang 51% saham PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), yang memiliki sumber daya nikel terbesar di Indonesia sebanyak 1,1 miliar ton. Dari jumlah itu, sebesar 69% merupakan limonit, sedangkan 31% saprolit.
MBM juga memiliki 50,1% saham tiga perusahaan smelter NPI, yakni PT Cahaya Smelter Indonesia (CSI), PT Bukit Smelter Indonesia (BSI), dan PT Zhao Hui Nickel (ZHN), lalu 80% saham proyek acid iron metal (AIM), dan 32% saham Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP), KI yang dibangun di tambang SCM. IKIP berada di sebelah barat IMIP dengan jarak sekitar 50 km.
“Seluruh sisa saham di semua aset MBM dipegang Tsingshan, pemilik dan operator IMIP. Selain itu, aset-aset MBM dioperasikan oleh staf-staf Tsingshan,” tulis CLSA.
IMIP memiliki eksposur tinggi ke SS dan produk nikel kelas dua, sedangkan IKIP mengambil posisi untuk masuk rantai nilai mobil listrik dan menghasilkan nikel kelas 1, karena sumber daya didominasi limonit.
Sejalan dengan itu, MBM berencana membangun dua proyek HPAL berkapasitas 120 ribu ton MHP per tahun di IKIP. Mitranya sudah jelas Tsingshan dan Huaoyou.
Discussion about this post