Jakarta, Motoris – Sandiaga Uno dan Boy Thohir punya kapasitas memasok 7 juta ton bijih nikel limonit untuk keperluan produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) tahun depan. Kira-kira, siapa yang mau ambil pasokan limonit sebanyak ini?
Kemampuan pasok nikel limonit sebanyak itu akan dimiliki PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), perusahaan pertambangan mineral yang dikendalikan Sandi melalui Saratoga dan taipan Boy Thohir. Saratoga memegang 18% saham Merdeka, sedangkan Boy 7,5%.
Berdasarkan laporan riset BRI Danareksa Sekuritas, Kamis (26/1/2023), PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), cucu usaha Merdeka Copper, akan mulai menjual bijih nikel 50 ribu ton kuartal IV-2022, meski jalanan angkut (hauling road) masih perlu perhatian. Begitu masalah ini kelar, SCM bisa menjual nikel saprolit sebanyak 3 juta ton.
Di pohon industri nikel, bijih nikel saprolit digunakan untuk memproduksi baja nirkarat (stainless steel/SS). Sebelum jadi SS, barang itu perlu diolah menjadi nikel setengah jadi, bisa nickel pig iron (NPI), feronikel, dan nikel matte. Barulah produk itu dicampur dengan beberapa mineral lain sebelum menjadi SS.
Selain itu, tulis BRI Danareksa, SCM akan memiliki kapasitas produksi 7 juta ton nikel limonit mulai 2023. Nikel limonit alias nikel kadar rendah bisa diolah menjadi produk antara dalam bentuk MHP atau nikel sulfat, material penting prekursor katoda baterai EV. Teknologinya HPAL dan OSBF.
“Kami prediksi SCM mulai menambang nikel limonit kuartal II tahun ini. Dengan begini, Merdeka Copper bisa mencetak kenaikan laba bersih 49% tahun ini, kendati harga komoditas mengalami normalisasi,” tulis broker itu.
Merdeka Copper masuk bisnis nikel melalui PT Merdeka Battery Materials (MBM). Dari Namanya saja sudah terlihat visi perseroan untuk masuk rantai pasok baterai EV di Indonesia sekaligus dunia. Mari kita lihat sejarah MBM.
Tahun 2022, Merdeka Copper melalui anak usahanya PT Batutua Tembaga Abadi, mengakuisisi 55% saham PT Hamparan Logistik Nusantara, yang memiliki saham mayoritas di PT J&P Indonesia (JPI), PT Zhao Hui Nickel (ZHN), and PT Jcorps Industri Mineral (JIM). Setelah dibeli Merdeka, HLN berganti nama menjadi MBM.
Selanjutnya, JPI mengendalikan SCM yang memiliki tambang nikel seluas 21.100 hektare (ha) di Routa, Konawe, Sulawesi Tenggara. SCM adalah pemilik tambang nikel yang belum dikembangkan terbesar di dunia. SCM bisa menghasilkan nikel saprolit untuk SS dan limonit untuk nikel baterai EV alias battery grade (BG). Berdasarkan JORC, sumber daya nikel SCM mencapai 1,1 miliar ton.
Selain itu, JPI memiliki dua smelter RKEF, yakni PT Cahaya Smelter Indonesia (CSI) and PT Bukit Smelter Indonesia (BSI), dengan total kapasitas produksi terpasang 38 ribu ton nikel per tahun. Adapun ZHN tengah membangun smelter RKEF dengan kapasitas 50 ribu ton nikel per tahun.
Sementara itu, JIM memiliki 32% saham di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP), perusahaan patungan dengan Tsingshan Holding Group, yang akan mengembangkan kawasan industri nikel di atas lahan konsesi SCM.
Discussion about this post