Jakarta, Motoris – Subsidi ideal mobil listrik baterai (battery electric vehicle/BEV) segmen MPV mencapai Rp 75 juta agar harganya bisa mendekati mobil mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) di segmen yang sama. Lalu, apa pemerintah sanggup mengucurkan subsidi sebesar ini demi mengejar target penjualan 400 ribu unit BEV 2022?
Pengamat otomotif Riyanto menuturkan, harga BEV MPV diprediksi sekitar 1,8 kali MPV ICE. Artinya, jika harga MPV ICE 2022 berkisar Rp 302-327 juta, harga BEV MPV pada 2025 Rp 543 juta.
“Tanpa insentif, tidak akan ada permintaan atau kalaupun ada pasti kecil untuk MPV BEV dengan harga segitu,” kata dia dalam materi presentasi yang dilihat, belum lama ini.
Bagi dia, untuk memacu penetrasi BEV MPV, harganya perlu di bawah Rp 327 juta. Dengan demikian, dibutuhkan insentif Rp 216 juta. Dengan paket insentif BEV saat ini, yakni PPnBM 0%, BBNKB 0%, dan diskon PKB, harga BEV MPV baru Rp 407 juta. Artinya, perlu insentif tambahan Rp 80 juta agar harga BEV MPV di bawah Rp 327 juta.
“Namun, jika kita asumsikan konsumen mau dan mampu membeli BEV MPV dengan harga 10% di atas MPV ICE, maka hanya butuh tambahan insentif Rp 75 juta,” kata dia.
Diketahui, pemerintah berencana memberikan subsidi pembelian kendaraan listrik, entah itu motor maupun BEV mulai 2023 untuk mengejar target penjualan 2025 sebanyak 2,5 juta unit, terdiri atas BEV 400 ribu unit dan sisanya sepeda motor. Belum jelas berapa nilai subsidi yang dikucurkan pemerintah. Tetapi, kalau kita asumsikan subsidi BEV Rp 75 juta per unit untuk 400 ribu unit mobil, dana yang dikucurkan pemerintah Rp 30 triliun.
Hasil studi Riyanto, Cina memberikan insentif jorjoran untuk pembelian kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Di negara itu, EV, terdiri atas BEV dan PHEV, dibebaskan dari PPN dan PKB, lalu ada subsidi dari pemerintah pusat dan daerah masing-masing 35-60 ribu yuan (Rp 74-127 juta) dan 40-60 ribu yuan (Rp 84,5-127 juta), dan subsidi dari perusahaan mobil sebesar 20 ribu yuan (Rp 42,5 juta).
Di Jepang, pembelian EV beban PPN dan diskon 50% PKB. Lalu, ada subsidi dari pemerintah pusat sebesar 50% dari selisih harga kendaraan ICE dan EV maksimal 1 juta yen alias Rp 130 juta. Sementara itu, Thailand memberikan diskon PKB dari 25% menjadi 5% untuk PHEV dan 2% BEV.
Inggris memberikan subsidi 5%, maksimal 4.500 pound (Rp 75,5 juta) untuk BEV dan 2.500 poun (Rp 42 juta) untuk PHEV. Lalu, ada pembebasan PPN pembelian EV. Jerman juga agresif dengan memberikan subsidi maksimal 4.000 euro (Rp 67 juta untuk EV dengan harga di bawah 60 ribu euro (Rp 1 miliar).
Harga BEV di Cina kini 0,8-1,9 kali dari ICE, sedangkan PHEV 1,4 kali setelah ada subsidi, sedangkan di Jepang, harga BEV kini 1,2-1,7 kali dan PHEV 1,15 kali, Inggris BEV 1,5 kali dan PHEV 1,1 kali, sedangkan Jerman 1,5 kali untuk BEV dan 1 kali PHEV.
Saat ini, Indonesia, dengan populasi 272 juta dan pendapatan per kapita US$ 3.979, kemampuan membeli mobil terbanyak ada di harga Rp 200-300 juta, jauh di bawah harga BEV.
Discussion about this post